Tausiah

Kisah Seorang Mu’allaf Tionghoa (Bagian 9)

MENGETUK PINTU HIDAYAH (9)
————————————-
Hatiku terasa lega ketika matahari mulai menampakkan diri. Kemudian saya keluar dari kelambu untuk membersihkan diri sambil menunggu guru datang. Tak lama kemudian beliau datang. Kami duduk berhadapan, lalu beliau bertanya, “Ada kejadian apa tadi malam?”

Kemudian saya ceritakan kejadian-kejadian yang membuat saya ketakutan, sampai tanpa terasa celana pun basah kuyup. Benar-benar menyeramkan sekaligus menakutkan, yang pertama kali saya alami dalam seumur hidup.

Lalu beliau mengatakan bahwa itu untuk menguji mental saya sekaligus untuk mengenalkan “bau” pada makhluk tadi malam. Menurutnya, untuk lelaku ilmu itu perlu tiga bulan purnama, purnama pertama cukup satu malam. Purnama kedua, tiga malam dan purnama ketiga bermalam di sana tujuh malam. Nanti hari terakhir purnama ketiga, saya harus keluar menemui makhluk halus itu.

Saya mengangguk-anggukkan kepala seakan paham dan menuruti kata-kata guru. Padahal dalam hati saya bilang, “Kapok…lebih baik belajar di guru lain saja daripada harus mengalami ketakutan sepanjang malam. Benar-benar tersiksa.” 

Setelah lewat tengah hari akhirnya kami pulang ke Desa Nanga Mua. Selang beberapa hari kemudian saya kembali ke Pangkalan Bun dengan perasaan gelisah dan perasaan dendam tetap berkecamuk di dalam hatiku.

Pencarian Guru untuk belajar ilmu saya tetap semangat. Sambil mencari informasi dari teman-teman, akhirnya saya menemukan seorang guru lagi di Kota Kutai, yang berjarak sekitar 40 km dari Pangkalan Bun. Tanpa menunggu lama saya berangkat ke Kumai.

Seperti biasanya saya pasang wajah melas. Akhirnya saya diterima sebagai murid dengan selamatan 72 jajan pasar (yang basah) kemudian jajan itu digantung di rumah guru. Setelah itu saya diberi pelajaran, diberi catatan di kertas yang harus saya hapalkan. Ternyata isinya bukan ayat atau mantan, tapi nama-nama makhluk halus, seperti Hantu Laut, Putri Mayang Berurai, Jumblang Tanah, dan lain-lain. Setelah hapal saya disuruh kembali.

Mungkin karena semangat yang menggebu, dalam waktu tiga hari saya sudah hapal nama-nama makhluk yang tertulis di kertas itu. Setelah dites hapalkan dinyatakan lulus.

Beliau bilang untuk memanggil mereka cukup dengan beras kuning (beras yang dicampur dengan air kunyit kuning dan dikeringkan). Begitu beras kuning ditebarkan maka seketika makhluk halus/ hantu-hantu itu akan datang untuk menuruti perintah. Dan untuk bisa memanggil mereka saya harus memanggil/ mengundang mereka selama 41 malam sambil membakar kekenyangan. Dan pada malam terakhir mereka akan datang dalam kondisi setengah tidur untuk membuat perjanjian bahwa mereka akan taat dan patuh, tapi setiap tahun atau berapa bulan sekali mereka minta makan berupa jajan pasar dan ayam jago yang dimasak digantung di atas pohon, namanya di Kalimantan “ANCAK”.
Namun bila tidak dipenuhi maka diri saya yang diserang.

Repotnya adalah kalau mereka minta “ANCAK” sedangkan kita tidak tahu permintaan mereka yang melalui mimpi ngigau. Orang yang di samping kita yang akan memberitahukan hasil ngigau itu. Kalau tidak ada orang yang mendengar maka dipastikan mereka akan marah karena dianggap menyalahi aturan yang berlaku.

Mendengar kabar seperti itu saya mulai ragu-ragu dan takut mau melaksanakan pengamalan ilmu itu. Pergolakan batin kembali melanda aku. Antara yaa, laksanakan…atau jangan teruskan, bahaya..??? [mrm]

Bersambung………..

*Ustadz Abdul Hadi (Lay Fong Fie), Pakar Pengobatan Tradisional dan Ahli Spiritual, Pendiri Perguruan Tenaga Dalam “Hikmah Sejati”, Yogyakarta.

Selengkapnya

  1. Kisah Muallaf bagian 1
  2. Kisah Muallaf bagian 2
  3. Kisah Muallaf bagian 3
  4. Kisah Muallaf bagian 4
  5. Kisah Muallaf bagian 5
  6. Kisah Muallaf bagian 6
  7. Kisah Muallaf bagian 7
  8. Kisah Muallaf bagian 8
  9. Kisah Muallaf bagian 9
  10. Kisah Muallaf bagian 10
  11. Kisah Muallaf bagian 11
  12. Kisah Muallaf bagian 12
  13. Kisah Muallaf bagian 13
  14. Kisah Muallaf bagian 14

Terpopuler

To Top