Tausiah

Kisah Seorang Mu’allaf Tionghoa (Bagian 5)

Nusantarakini.com, Jakarta – 

MENGETUK PINTU HIDAYAH (5)

Setelah bapak Master pulang, kami masih was-was, setengah tidak percaya, apakah hanya selembar daun sirih diberi minyak klentik/goreng dan kapur “nginang” yang katanya mempunyai kekuatan 300 kg bisa menahan kekuatan jin yang merasuk ke dalam tubuh ibuku.

Kalau  tidak bisa menahan maka kami pasti repot sekali, karena dipastikan akan tambah mengamuk. Dan yang memegangi juga tidak ada. Sebab karyawan dan tetangga sudah pada pulang ke rumah masing-masing. Di rumah hanya bapak, kakak, saya dan adik Ajun.

Mata kami tertuju pada ibu yang awalnya melawan ketika perutnya ditaruh daun sirih. Berangsur-angsur melemah dan kelopak mata yang kalau dipejamkan selalu bergetar kencang (ciri-ciri orang kerasukan). Pelan-pelan berhenti dan terdengar suara mendengkur dari ibu. Hal itu menandakan kondisi ibu sudah normal kembali. Untuk menjaga segala kemungkinan, kami bergantian menjaganya.

Syukurlah paginya ibu sudah seperti biasanya beraktivitas walaupun masih kelihatan agak lelah dan lemah. Tiga hari kami mengadakan selamatan sekaligus ibuku diberi pagar ghaib oleh bapak Master. Beliau berpesan kalau ada terjadi apa-apa lagi maka bisa minta bantuan menantunya,  bapak Amran. Karena beliau mau mempersiapkan diri menunaikan ibadah haji, dan dua lebih tidak bisa diganggu oleh hal-hal yang lain.

Waktu berjalan begitu cepat seiring dengan perkembangan kesehatan ibu. Dua bulan telah berlalu sejak kejadian itu. Kami sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Bapak dan kakak laki-laki sibuk di bagian mekanik/mesin. Saya sibuk di bidang kayu tebangan liar, setelah berhenti jadi pemasok kulit kayu gembor. Ibu dan adik di warung yang cukup ramai.

Namun cobaan datang lagi ketika bangun dari tidur. Ibu memegang kepalanya, wajahnya meringis kesakitan, pucat. Waktu itu kami mengira hanya sakit kepala biasa. Terus kami beri obat sakit kepala dan meminta agar hari itu istirahat saja, tidak usah jualan dulu.

Akhirnya beliau istirahat tidur sekitar satu jam. Ketika bangun dari tidur beliau seperti orang bingung/lingkungan. Kami belum curiga. Pikiran kami mungkin akibat ibu masih ngantuk. Siangnya ketika ada yang mengantar belanjaan dan ibu mau membayar. Beliau masuk kamar tapi kok lama, saya menyusul. Saya tanya, “Cari apa bu..???”

Ketika melihat beliau seperti orang bingung. Katanya mencari kunci laci. Padahal biasanya digantung di atas lemari dan memang ada di situ. Aneh dalam hati saya. Kok bisa seperti ini. Ketika dikasih tahu kuncinya, responnya agak lambat, tidak seperti biasanya yang agak lincah.

Kejadian ini saya laporkan sama bapak. Mulailah kami mengamati gerak-gerik ibu yang sudah mulai berubah,seperti bingung dan linglung serta pelupa sekali. Ingatannya menurun tajam. Kami bertanya ke tetangga, kok ibu seperti ini keadaannya? Mereka bilang, jangan-jangan ibu kena gangguan jin atau santet pelebur sukma yang di pedalaman masih populer.

Dugaan santet pelebur sukma (orang lupa jati dirinya sendiri) itulah dugaan kami, karena seminggu sebelumnya ibu sempat selisih paham dengan karyawan yang tidak mau membayar hutangnya walaupun gajinya besar. Ketika ditag ih, orangnya sempat marah-marah. Selang dua hari ada orang pintar yang bertamu ke perusahaan. Jangan-jangan ibu di”kerjain”.

Akhirnya kami minta bantuan menantu bapak Master, pak Aman namanya. Karena beliau sudah berangkat menunaikan ibadah haji. Ternyata beberapa kali pengobatan belum memberikan hasil. Sementara keadaan ibu semakin parah. Daya ingat menurun tajam, pendiam, nafsu makan menurun, gerakannya melambat dan raut mukanya seperti orang bingung.

Atas saran kakak di Pontianak sebaiknya ibu di bawa ke Pontianak biar pengobatannya lebih cepat. Akhirnya kami sepakat ibu dibawa ke Pontianak diantar saya dengan naik pesawat DAS yang cuma memuat empat penumpang.
Harapan kami adalah ibu bisa menemukan jodoh pengobatan di kota kelahirannya…..[mrm]

Bersambung……..

*Ustadz Abdul Hadi (Lay Fong Fie), Pakar Pengobatan Tradisional dan Ahli Spiritual, Pendiri Perguruan Tenaga Dalam “Hikmah Sejati”, Yogyakarta.

Selengkapnya

  1. Kisah Muallaf bagian 1
  2. Kisah Muallaf bagian 2
  3. Kisah Muallaf bagian 3
  4. Kisah Muallaf bagian 4
  5. Kisah Muallaf bagian 5
  6. Kisah Muallaf bagian 6
  7. Kisah Muallaf bagian 7
  8. Kisah Muallaf bagian 8
  9. Kisah Muallaf bagian 9
  10. Kisah Muallaf bagian 10
  11. Kisah Muallaf bagian 11
  12. Kisah Muallaf bagian 12
  13. Kisah Muallaf bagian 13
  14. Kisah Muallaf bagian 14

Terpopuler

To Top