Nasional

Belum Tahu? Ini Kesaksian Para Sahabat Anies yang Sesungguhnya (2)

Nusantarakini.com, Jakarta –

Meneruskan cerita lucu, unik dan tidak bisa dilupakan seumur hidup terkait masa lalunya saat menjadi mahasiswa di Yogyakarta. Yaitu kedekatan Salman Diandra Anwar bersama teman-temannya dengan keluarga Anies Rasyid Baswedan, sampai dirinya berani meminjam batik koleksi keluarga sampai ketagihan berulang-ulang. Salman juga menceritakan peristiwa saat sahabatnya, Anies Baswedan, mengunjungi kampung halamannya di Polewali Mandar.

Aktivis mahasiswa 98 ini menceritakan bahwa Anies Baswedan juga mempunyai kedekatan dengan masyarakat Sulawesi Barat (Sulbar), khususnya Polewali Mandar. Hal ini karena mempunyai hubungan sejarah. Khususnya dengan mahasiswa-mahasiswa Sulbar yang dulu masih berstatus kabupaten, yaitu Polmas, Mamuju dan Mejene (Polimaju).

“Nah, dulu itu kita punya asrama mahasiswa (Polimaju). Seringkali kalau kita ada mahasiswa baru semester 2 atau semester 1 kan ada pelatihan dasar. Nah pelatihan dasar untuk mahasiswa baru ini, yang paling diandalkan sebagai pembawa materi saat itu ya mas Anies. Apalagi saat itu beliau populer di antara tokoh-tokoh senat mahasiswa di Indonesia. Dia biasanya sering kita minta hadir sebagai pemateri,” terang Salman.

“Karena pembicaranya harus level regional dan nasional, mas Anies kalau kami panggil selalu mau. Nah itu yang membuat hubungan kami dekat. Jadi dari dulu dekatnya mas Anies dengan masyarakat Sulbar justru di perantauan, di Yogyakarta saat masih mahasiswa. Waktu kita kuliah dia biasa memberi materi-materi pelatihan,” lanjutnya.

Kemudian dari sejarah itulah, saat dia mempunyai program Indonesia Mengajar, dia tidak lupa bahwa ada daerah terpencil di Sulbar yang remote sensing dan sebagainya. Maka ditempatkan lah dengan pilihan-pilihan tertentu, dengan standar-standar tertentu, itu di Kabupaten Majene sebagai tempat penyelenggaraan Indonesian Mengajar itu.

“Waktu datang ke sini, dia menyempatkan lagi untuk mampir ke tempat orang tua saya. Rumah saya yang sekarang itu sebelum direnovasi. Yang dulu depannya ada rumah kayu dan belakangnya rumah tembok. Ada fotonya semua sama saya,” ungkap Salman.

Lalu kemudian waktu mendengar Anies ada program Indonesia Mengajar, kemudian meminta stafnya untuk meminta alamat rumahnya. Salman sudah “curiga” kalau Anies akan mampir ke rumahnya. Karena biasanya Anies itu setiap ke manapun, dia akan menyempatkan diri untuk mampir ke tempat teman-temannya, sahabatnya, teman seangkatan, teman organisasinya, kalau dia ada di kampung tersebut.

Apa itu di Solok, Padang, Sulut, dia selalu begitu. Dan gak harus ada anaknya (temannya) di situ. Tapi Salman merasa tidak enak, kalau Anies mampir ke rumahnya tapi Salman tidak ada. Akhirnya Salman putuskan terbang dari Jakarta langsung untuk pulang, karena dia masih aktif di perusahaan.

“Wah, gak enak ini. Kayaknya akan mampir ini. Karena dia ada di sini. Dan akhirnya saya pulang saja. Dan benar, dia mampir datang,” ucapnya.

Anies pagi-pagi datang mampir ke rumah Salman, terus makan masakan khas Sulbar, masakan khas Mandar, Polman. Dia makan masakan yang disajikan orang tua Salman dan kemudian mereka foto bersama.

Jadi kami ketemu. Terus mas Anies bilang, “Kamu datang ke sini juga?”

“Iya saya datang lah, masa kamu datang ke sini saya tidak pulang. Ini kampung saya,” jawab Salman.

Berkaitan kunjungan capres nomor urut 1 ke Sulbar kemarin, Salman juga menceritakan pengalamannya.

“Ya, sama dengan sekarang, saya kontak kawan-kawan saya yang ikut mendampingi dan ikut dalam proses perjalanan dan penjadwalan acaranya, katanya fix beliau akan datang.”

Makanya kami pun bersama teman-teman, ada yang dari Jogja, Makassar, dan Mamuju.

“Dan yang alumni-alumni dari Jogja itu khusus datang gitu. Jadi kita tahu ini memang dipersiapkan secara matang. Dan kami pun juga ikut membantu lah memeriahkan, meramaikan kunjungan Pak Anis ke sini.”

Salman bersama teman-temannya berdonasi membuat jaket yang dia kenakan. Jadi ini hasil urunan teman-teman semua. Termasuk juga baju-baju dan kaos (t-shirt) yang kita buat itu juga hasil gotong royong.

“Dan saya ditugaskan untuk membagikan ke teman-teman. Nah itu semalam kami membagikan ke simpul-simpul relawan, ke teman-teman profesi-profesi seperti Dosen Muda Pendukung Anies, kemudian asosiasi tukang becak, bentor dan sebagainya kita coba membagi,” jelas Salman.

Termasuk juga memasang beberapa baliho dan banner spanduk ucapan “Selamat Datang,” bersama-sama teman-teman lintas relawan, mereka sama-sama mengerjakan secara gotong royong.

Ketika ditanya apakah masyarakat Sulbar menginginkan perubahan? Dengan tegas Salman menjawab, “Ya tentu, karena masyarakat Sulbar kan melek akses informasi dengan adanya media sosial maupun televisi. Dia membandingkan dan melihat bagaimana Mas Anis itu memang tokoh inspiratif yang mempunyai ide-ide cemerlang,” jawab Salman.

Dan mereka enggak asing lagi, lanjut dia, kalau orang Sulbar gak asing dengan Anies, artinya program Indonesia mengajar itu kan merupakan program nasional yang melambungkan lagi nama Mas Anies. Karena program Indonesia Mengajar ini juga menempatkan Sulbar sebagai area kerjanya.

“Jadi mereka tahu bagaimana komitmen mas Anies ini, misalnya di dunia pendidikan, tempat-tempat yang sangat terpencil, tidak ada sinyal, mungkin lampunya tidak ada, malam jadi gelap,” ungkapnya.

Salman juga bangga menceritakan, kalau Anies menempatkan orang-orang terbaik republik ini melalui proses seleksi yang namanya program Indonesia Mengajar mengirimkan pengajar-pengajar muda ke sana.

“Jadi itu salah satu bukti bahwa orang ini (Anies) komitlah terhadap khususnya mengenai pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia,” pungkas Salman mengakhiri.

*Sumber: YouTube Aksanation.

Terpopuler

To Top