Satire

Ganjar atau Prabowo adalah “Boneka” Setia Jokowi? 

Nusantarakini.com, London – 

Presiden Jokowi makin gelisah. Kedua “boneka” yang dia siapkan, Ganjar Pranowo (GP) dan Prabowo Subianto (PS), tidak akan menang pilpres 2024.

Jokowi sadar survei yang menempatkan PS di urutan teratas dan GP di posisi kedua tak bisa dipercaya. Artinya, Jokowi pun mulai menggunakan nalar sehatnya. Seperti kita semua yang tak percaya pada survei yg mengunggulkan PS dan GP.

Jokowi tampaknya mengakui PS dan GP sulit menang. Anies Baswedan (ABW) tidak mungkin dikalahkan. Bahkan sebelum pun mantan Gubernur DKI  Jakarta itu berpasangan dengan Muhaimin Iskandar alias Gus Imin.

Kegelisahan Jokowi melihat kerentanan PS dan GP mendorong munculnya wacana untuk memasangkan saja kedua “capres boneka” ini. Dengan begitu, Jokowi merasa pasti menang. Dan menang satu putaran.

Namun, mungkinkah itu terjadi? Benarkah kedua calon boneka itu bisa mengalahkan pasangan Anies-Gus Imin (AMIN)?

Memasang PS dan GP InsyaAllah tidak akan memenuhi hasrat kekuasaan Jokowi. PS-GP atau GP-PS adalah kartu mati. Sebab, rakyat sudah sejak lama tahu bahwa keduanya sepenuhnya “Boneka Jokowi.” “Boneka Jokowi” berarti “boneka oligarki taipan bangsat.”

Rakyat tidak akan pernah percaya kepada PS maupun GP. PS sudah berkhianat. Dia tinggalkan begitu saja pendukungnya yang berdarah-darah membela dia. Itu dia lakukan demi kenyamanan dirinya sendiri dan demi mengikuti apa kata adiknya Hasyim Djojohadikusumo.

Dan berbicara tentang Hasyim, dia ini adalah pengusaha yang mencari keuntungan di balik bergabungnya PS ke Kabinet Jokowi. Bahkan, ada cerita bahwa Hasyim itu tidak ingin PS menang di pilpres 2019. Karena dia melihat PS akan mendekat dan didominasi umat Islam kalau menang waktu itu.

Sekarang ini, Hasyim berjuang keras agar PS menang pilpres 2024. Dia merasa inilah momen yang cocok untuk kepentingan bisnisnya. Hasyim punya banyak lahan yangakan dipakai IKN. Dia akan meraup keuntungan superbesar di IKN.

Selain keuntungan material di IKN jika PS menang, Hasyim pun merasa senang karena umat Islam masih akan bisa ditindas di bawah kekuasaan abangnya itu. Ini yang diinginkan oleh Hasyim.

Di atas itu semua, Jokowi akan menggunakan PS sebagai tempat berlindung. Jokowi dan keluarganya diduga kuat terlibat dalam berbagai penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi. Indikasi tentang ini sangat kuat. Secara psikologis, Jokowi menunjukkan keresahan kalau kelak dia turun dan penggantinya bukan salah satu “boneka.”

Karena itu, Jokowi juga berusaha agar GP bisa menang. GP dipastikan akan melindungi Jokowi dan keluarganya. Ingat, ketika aktivis antikorupsi, Dr Ubaedillah Badrun, melaporkan dugaan korupsi Kaesang Pangarep (anak Jokowi) ke KPK, laporan ini tidak dibantah oleh pihak mana pun. Tapi, hingga kini tidak ditindaklanjuti oleh KPK.

Kembali ke GP, sebetulnya dia adalah boneka favorit Jokowi. Dibina dan dimentori sejak lama. Tapi akhirnya dirampas oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Kontrol atas GP diambil alih sepenuhnya berada di tangan Mega.

Akan tetapi, GP tetap lebih suka menjadi “Boneka Jokowi,” bukan “Boneka Mega.” GP lebih memilih tunduk pada Jokowi sebab koneksinya dengan oligarki taipan sangat kuat. GP tahu dia perlu oligarki.

Karena itu, mau GP atau PS yang menjadi presiden maka Jokowi-lah yang mengendalikan mereka. Persoalannya, apakah GP atau PS bisa menang?

Tanda-tanda alam tidak ada di pihak mereka. Dan secara faktual dan elektoral, ABW memiliki relevansi dan frekuensi yang lebih pas dengan tuntutan perubahan. [mc]

*Asyari Usman, Jurnalis Senior Freedom News.

Terpopuler

To Top