Jakarta,NusantaraKini.com~
Permohonan maaf di dalam momentum hari lebaran 1 Syawal ialah berakar dari kesadaran religius bahwa pahala puasa akan menggantung tidak sampai ke hadirat Allah selama sesama handai tolan, kerabat dan sahabat belum melepaskan maaf atas kesalahan yang diperbuat. Ini juga merupakan budaya yang luhur yang mencerminkan sikap rendah hati sekaligus kesanggupan untuk membunuh ego dan gengsi. Sebab, tidak semua sanggup meminta maaf. Apalagi meminta maaf kepada orang yang dianggapnya lebih rendah dari pada dirinya, baik secara materi, kedudukan sosial, kemasyhuran atau keluasan ilmu dan koneksi.
Sangatlah baik jika Anda mengirimkan secara pribadi permintaan maaf kepada kawan-kawan Anda. Lebih baik lagi, jika Anda menelpon satu per satu yang Anda anggap banyak berurusan dengan Anda.
Selain itu, saling memaafkan juga bukanlah sekedar hiasan ucapan belaka atau basa-basi. Tapi terdorong oleh harapan untuk mengawali lembaran hidup baru tanpa beban dan rundungan dendam dan tidak senang dari kerabat dan sahabat pergaulan.
Jadi orang ingin menyongsong hidup baru yang lebih optimis dan baik setelah selama sebulan lamanya belajar dan berlatih menjadi orang baik, menjadi orang saleh, mengurangi sifat serakah, lebih empatik kepada orang miskin, lewat amalan bulan ramadhan.
Maka sudah sepantasnya setelah lebaran 1 Syawal, orang mulai membuka lembaran baru dalam hidupnya. Orang meninggalkan selamanya hal-hal buruk dan terlarang, sekuat-kuatnya.
Untuk menghangatkan kembali agar semangat ramadhan tidak cepat pupus dari hati dan kebiasaan selama ramadhan, orang berpuasa sunnah selama 6 hari, setara sepekan, pada bulan syawal. Asal tidak dikerjakan persis di hari 1 Syawal. Karena haram hukumnya.
Jadi….selamat sukses telah mengamalkan puasa ramadhan selama 30 hari. Dan selamat merenda hidup baru dalam 1 tahun ke depan.
Siapkan energi untuk mempertahankan spirit ramadhan dan menyuburkannya dalam kehidupan pribadi Anda.
~ Syahrul Efendi Dasopang, Sekjen ISQI