Mengapa Banyak Konglomerat Muncul dari Kawasan Eksploitasi Bisnis Bukit Barisan?

Nusantarakini.com, Jakarta – Ketika disebut Bukit Barisan yang terbayang bagi Anda adalah daerah komando militer dengan nama Bukit Barisan. Tapi tahukah Anda, bukit barisan juga merupakan wilayah eksploitasi bisnis yang mencengangkan?

Wilayah ini sebenarnya merupakan sekujur tubuh pulau sumatera, dari Lampung hingga Aceh. Tetapi secara kekuasaan militer dipecah menjadi beberapa daerah militer. Bukit Barisan sendiri terdiri atas wilayah Sumatera Barat, Riau, Kepri dan Sumatera Utara. Pantai Timur Sumatera merupakan wilayah lama yang menjadi pusat eksploitasi bisnis sejak zaman Belanda.

Jika kini dari wilayah itu mencuat para konglomerat dan orang-orang Superkaya seperti Sukanto Tanoto yang kini sedang jadi sorotan karena pernyataannya tentang Indonesia sebagai ayah adopsinya dan china sebagai ayah aslinya, hal itu bukanlah mengejutkan.

Selain Sukanto Tanoto masih banyak orang-orang superkaya dari kawasan eksploitasi bisnis bukit barisan ini. Sebut saja Maratua Sutorus dari Grup Wilmar, Aburizal Bakrie, dan yang lumayan heboh, DL Sitorus.

Mereka pada umumnya bermain eksploitasi hutan dan tanaman keras, seperti Kelapa Sawit dan Karet.

Sudah bukan rahasia umum, yang namanya Indonesia, bisnis tidak akan berkembang jika tidak memiliki backing yang bertindak melayani konsesi, lisensi dan proteksi. Tetapi di kawasan Bukit Barisan, ketiganya tersedia. Dan yang paling favorit ialah proteksi dari bos-bos keamanan.

Di kawasan eksploitasi bisnis Bukit Barisan proteksi selalu tersedia. Inilah yang membuat para konglomerat di kawasan ini dengan sangat leluasa melipatgandakan volume dan variasi bisnisnya. Apalagi kawasan ini sangat dekat dengan Singapura, suatu negara yang menjadi simpul pasar global. Singapura menghubungkan para konglomerat itu dengan kawan-kawan bisnisnya di China, Australia, Eropa hingga Amerika.

Soal yang semacam itu bukan wilayah kekuasaan para pemberi proteksi. Proteksi hanya berlaku di lokasi bisnis, baik dari gangguan penduduk hingga kesulitan urusan administrasi.

Praktik proteksi dan konsesi berbayar upeti ini sudah lama berjalan. Bila di zaman Belanda upeti dinikmati oleh pemilik konsesi yaitu kesultanan di wilayah tersebut, sekarang yaitu para penguasa keamanan di wilayah bukit barisan. Sedangkan pemberi upetinya yaitu para pengusaha dan konglomerat yang mengeksploitasi di kawasan tersebut.

Dengan adanya praktik ini, membuat penduduk di wilayah kawasan bukit barisan akrab dengan korupsi. Bahkan korupsi dianggap sebagai bagian dari elemen praktik usaha di Sumatera Utara. Sebaliknya pemerasan terhadap para pengusaha oleh oknum merupakan hal yang lumrah di wilayah tersebut.

Sebenarnya muncul pendapat, tanpa korupsi, konglomerat tidak akan lahir. Semakin kental praktik korupsi di suatu wilayah, semakin subur lahirnya konglomerasi. Nyatanya itulah yang terjadi di kawasan eksploitasi bisnis Bukit Barisan yang membentang di empat provinsi. (sed)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *