Nusantarakini.com, Gunung Kidul –
Relawan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, merasa diintimidasi saat acara Apel Siaga 1 Badan Koordinasi Saksi (Bakorsi) dengan agenda pengukuhan Tim 100 Bakorsi Kecamatan Playen yang digelar di rumah relawan Desa Bleberan, Playen pada Minggu, 3 Desember 2023.
Kronologis peristiwa kejadian adalah saat acara belum selesai, tokoh relawan langsung dipanggil ke luar ruangan untuk diklarifikasi.
Sosok yang dimintai klarifikasi oleh Bawaslu yakni Ketua Umum Forum Aliansi Masyarakat Gunungkidul Ton Martono.
“Ya saya dipanggil ke luar ruangan oleh Bawaslu sebelum acara selesai,” katanya, Minggu malam, 3 Desember 2023.
Ketua DPD Jaringan Relawan Nasional Anies Baswedan (Jarnas ABW) Gunungkidul ini menceritakan, bermula saat memberi orasi politik pada acara tersebut. Dia bicara tentang pemimpin masa depan yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang punya dedikasi tinggi, intelektual, dan religius sehingga pantas dipilih pada Pilpres 2024.
Menurut dia, relawan AMIN bekerja penuh totalitas dan ikhlas. Rela berkorban waktu, pikiran, harta benda semat-mata ibadah untuk perubahan Indonesia lebih baik. “Maka pilihlah pasangan AMIN. Kami berharap bisa terpilih pada periode 2024-2029 dan 2029 dan 2034,” ungkapnya.
Selain itu, Ton mengungkapkan, relawan AMIN merupakan paling miskin, dibanding relawan dari kubu sebelah yang diduga dibantu oleh aparat penegak hukum, oligarki, dukungan dari Asosiasi Pemerintah Desa (Apdesi) juga diduga dibantu oleh penyelenggara pemilu.
“Tapi saya tidak menyebut pasangan capres-cawapres, nomor dan nama,” katanya.
Dewan Pembina Bakorsi Gunungkidul ini mengungkapkan, sebelum acara selesai, lalu dipanggil keluar oleh Bawaslu dengan alasan mau klarifikasi atas apa yang sudah disampaikan dalam orasinya.
I“Mereka bilang ucapan saya direkam dan difoto. Saat klarifikasi, Bawaslu didampingi polisi dan tentara,” ungkapnya.
Ton Martono pun diklarifikasi selama lebih dari 30 menit.
“Saya jawab dengan lugas dan tegas. Apa yang saya sampaikan sudah menjadi perbincangan publik, muncul di media massa, saya juga baca regulasi maupun dialog-dialog antar-tokoh,” jelasnya.
Dia mempertanyakan etika Baswaslu yang minta klarifikasi saat acara pengukuhan masih berlangsung.
“Etikanya kurang bagus, seharusnya pemanggilan di kantor (Bawaslu) bukan di lokasi saat acara masih berlangsung,” ungkapnya.
“Bagi kami, ini bagian dari intimidasi biar dilihat peserta agar down mentalnya. Para peserta pasti bertanya kok ketua kami dipanggil. Ini tujuannya biar relawan AMIN pada takut,” jelasnya.
Ton mengungkapkan, Bawaslu akan meneruskan hal ini ke tingkat provinsi. “Nggak masalah, yang penting ada surat pemanggilan secara tertulis, kami siap hadapi,” tegasnya. [mc/kba]