Nusantarakini.com, Jakarta –
Umat Islam itu laiknya serangga. Sifatnya masyarakat koloni. Hidup masih solider. Meskipun sudah mulai luntur. Tapi lama kelamaan bisa jadi soliter. Memencilkan sendiri, dan tidak peduli dengan yang lain.
Namun sebagai masyarakat koloni, umat Islam belum jelas seperti halnya sifat laron, semut atau lebah. Pada laron, semut, maupun lebah, pembagian fungsi dalam masyarakat koloni mereka jelas dan tegas. Ada yang berfungsi sebagai ratu. Jadi tidak semua berlomba menjadi ratu. Sebab tugas ratu juga tidak ringan.
Ratu, hanya satu, tidak banyak. Fungsinya mereproduksi. Melahirkan anggota-anggota warga baru koloni. Mengatur dan menegakkan aturan. Kemudian ada pekerja. Fungsinya mencari, menyuplai logistik sekaligus membangun sarang. Kemudian ada tentara, berfungsi melindungi anggota masyarakat serangga.
Pada masyarakat semut, fungsi tentara amat menonjol dibandingkan masyarakat laron dan lebah. Sedangkan pada masyarakat laron, fungsi pekerja lebih menonjol. Tergantung sifat masyarakat koloninya. Tapi, masyarakat lebah, menghasilkan madu dan sarang yang indah dan mobil. Mereka juga jauh lebih kuat dan agresif manakala menghadapi pengganggu.
Lain halnya dengan laron. Laron amat tergoda dengan lampu ketika gelap malam datang. Mereka mengerumuni lampu itu. Namun apabila diletakkan air di bawah lampu tersebut hingga memantulkan terang cahaya, mereka beralih ke air yang dikira lampu juga. Akibatnya banyak laron terperosok ke dalam air hingga mati.
Semut dan lebah jarang dimanipulasi orang. Lebah malah dibiakkan orang secara ternak yang berguna bagi menghasilkan madu dan pengobatan terapi sengat. Semut dihindarkan orang. Tapi laron dipandang orang mengganggu kenyamanan saja.
Nah, belajar dari ketiga spesies serangga tersebut, apakah umat Islam dipandang sebagai semut, lebah atau malah laron? Saya berdoa jangan sampai umat Islam diperlakukan orang fasik sebagai laron bagi operasi politik mereka.
Biar tak jadi laron, maka terapkanlah kualitas semut atau lebah dalam kehidupan koloni masyarakat Islam. Jangan berebut jadi ratu manakala tidak punya kapasitas dan kompetensi sebagai ratu. Cukup jadi pekerja atau tentara semut atau lebah saja dalam membangun koloni. Dan jangan lupa, karena semut dan lebah dijadikan nama surah dalam Al-Qur’an, yaitu An-Naml dan An-Nahl, maka umat Islam perlu menyelidiki kenapa semut dan lebah sampai jadi perhatian Allah di dalam Kitab Suci-Nya. Pasti ada sesuatu petunjuk berharga di sana.
~ Syahrul E Dasopang/Umat Islam yang prihatin dengan konflik laten antara NU dan HTI