Internasional

Tiongkok Gerak Cepat Mengirim Tim SAR ke Myanmar Membantu Korban Gempa

Nusantarakini.com, Jakarta –

Kenapa Tiongkok bisa begitu cepat mengirim Tim SAR dan bantuan ke Myanmar sehari setelah gempa?

Pepatah kuno mengatakan, “Siapkan payung sebelum hujan,” siapkan diri sebelum datangnya bencana. Inilah yang menjadi dasar Tiongkok bisa sangat siap memberikan bantuan ke lokasi bencana.

Ketika gempa bumi berkekuatan 7.7 SR mengguncang Myanmar dan Bangkok, kepanikan dan kesedihan menyelimuti ratusan ribu jiwa.

Dalam situasi penuh duka ini, tim penyelamat Tiongkok bergerak cepat tanpa ragu, tanpa pidato sani sini dan dengan tangan terulur dan tulus.

Mereka adalah tim penyelamat internasional pertama yang memberikan bantuan kemanusiaan yang datang bukan hanya dengan peralatan yang canggih. Akan tetapi juga dengan hati yang penuh empati dan tulus serta dengan tekad untuk menyelamatkan setiap nyawa yang masih bernafas.

Tiongkok yang pernah mengalami masa sulit dan pengalaman di saat gempa besar di Tang Shan 1976 dan gempa di Sichuan tahun 2008. Sehingga Tiongkok sangat paham dan tahu untuk mementingkan golden time. Masa emas 48 jam atau 72 jam dalam bencana gempa bumi adalah periode yang sangat krusial. Untuk menyelamatkan korban yang terjebak di bawah reruntuhan. Karena di dalam rentang waktu ini peluang untuk menemukan korban dalam keadaan hidup masih sangat tinggi.

Mengapa 48-72 jam sangat penting dan krusial? Sebab peluang bertahan hidup masih tinggi, korban yang terjebak umumnya masih memiliki cukup oksigen dan tenaga untuk bertahan dalam 2-3 hari pertama. Setelah 72 jam, resiko dehidrasi, kehabisan oksigen atau luka yang semakin parah meningkat drastis, sehingga harapan mulai menipis.

Statistik juga menunjukkan bahwa peluang untuk menemukan korban yang masih hidup turun drastis setelah 3 hari, akibat dari kekurangan makanan, minuman dan trauma fisik.

Apa yang akan dilakukan Tim Penyelamat Tiongkok dalam 72 jam pertama:

  • Menyisir area terdampak dengan alat deteksi dan anjing pelacak.
  • Dengan menggunakan alat berat serta teknik penyelamatan khusus untuk mengeluarkan korban dengan cepat.
  • Memberikan pertolongan pertama segera setelah korban ditemukan.

Setelah 72 jam berlalu, operasi pencarian tetap dilakukan, akan tetapi lebih berfokus pada pemulihan jenazah dibandingkan penyelamatan hidup.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa setiap gempa bumi besar, 48-72 jam pertama adalah waktu yang paling menentukan antara hidup dan mati.

Dan kita bersama masyarakat dunia sangat layak untuk berterima kasih dan mengapresiasi kepada pahlawan kemanusiaan tanpa tanda jasa ini.

“Tindakan kalian lebih lantang dari ribuan kata-kata.” [mc]

Jakarta 30 Maret 2025.

*Chen Yi Jing, Pemerhati Sosial dan Geopolitik. 

*Sumber foto: BBC News Indonesia. 

 

Terpopuler

To Top