Budaya

“Ketika Aku Mati”, Untaian Bait-bait Puisi dari Rumi

Nusantarakini.com, Sappilpil –

Ketika aku mati
Ketika keranda jenazahku dibawa keluar
Jangan pernah kau pikir aku akan merindui dunia ini.

Jangan kau titiskan airmata
Jangan kau mengeluh atau menyesal
Aku bukannya jatuh dalam jurang yang mengerikan.

Ketika kau melihat jenazahku diusung
Jangan kau tangisi kepergianku
Aku bukannya pergi
Aku baru tiba menemui cinta yang abadi.

Ketika kau tinggalkan aku di kubur
Jangan kau ucapkan selamat tinggal
Ingatlah, kuburan itu hanyalah selabuh tirai
Yang melindungi surga di sebaliknya.

Kau hanya melihatku diturunkan ke liang lahad
Sekarang saksikanlah aku bangkit.

Mana mungkin ada pengakhiran saat matahari terbenam atau bulan tenggelam
Kau anggap itu pengakhiran bak terbenamnya matahari
Namun hakikatnya fajar yang bakal menjelma.

Ketahuilah, ketika kuburan mendekap dirimu
Saat itu jiwamu benar-benar bebas.

Apakah kau pernah melihat benih yang jatuh ke bumi, tidak menumbuhkan kehidupan yang baru?
Mengapa kau ragu pada benih yang menumbuhkan manusia?

Apakah kau pernah melihat timba yang diturunkan ke dalam telaga,
dinaikkan kembali tanpa ada apa-apa di dalamnya?

Mengapa meratap untuk jiwa yang pergi?
Sedangkan dia akan kembali seperti Yusuf muncul dari telaga.

Ketika untuk kali terakhir kau menutup mulutmu
Kata-kata dan jiwamu akan menjadi milik dunia
Yang padanya tiada sempadan ruang dan masa.

 

 

~ Jalaluddin Rumi

Dituturkan kembali oleh Budhi Munawar Rachman di makam Rumi, Konya, 21 Nopember 2018. Dari FB. Dipersembahkan buat ayahku yang telah kembali pada Ahad, 18 – 11 – 2018. (sed)

Terpopuler

To Top