Di kalangan masyarakat pemilih pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bupati Morowali 2018, sudah menggema kabar, Tim Sukses (Timses) setiap Calon Bupati saling menyusup dan “pindah kamar”. Tujuannya, belum jelas. Namun, banyak menilai sebagai langkah “aman” ketika membaca peluang kandidat yang diusung tipis harapan menang.
Banyak pula menjawab sebuah jurus lama membaca pergerakan lawan. Tak sedikit menilai, aksi itu hanya sekedar ikut-ikutan mengikuti air mengalir, sehingga bermain di dua kaki.
Adalah Timses dari Pasangan Calon (Paslon) nomor urut Satu (TAHAJUD) dikabarkan didatangi Timses urut Lima (HARISMA). Paslon urut Dua (ADAM) juga diisukan ada “main mata” dengan Paslon nomor urut Tiga (SAH).
Isu lain turut merebak Timses nomor urut Empat (SINAR) disusupi relawan Paslon dari nomor Tiga dan Paslon urut Lima (HARISMA). Sementara, Timses urut Lima dan Empat juga diisukan bergabung ke Paslon urut Satu.
Begitu pula persoalan internal Paslon urut Dua dikabarkan “pecah piring” dengan calon wakilnya terkait dugaan kasus asusila. Akibatnya, Timses dari Wakil ADAM, jarang dilibatkan dalam rapat strategis. Kecemburuan inilah memicu Timses “pecah piring” (pecah kongsi).
Isu dan permasalahan Timses Pilkada Bupati Morowali ini, juga sempat hangat di media sosial, selama sepekan ini. Termasuk isu adanya Mantan Bupati Morowali, Anwar Hafid siap turun gunung memenangkan adiknya, karena dinilai populeritas dan elektabilitas, seperti jatuh tapai.
Terkait isu dan permasalahan Timses kelima Paslon Bupati Morowali 2018 ini, pengamat politik Surabaya, Andi Kahar M, menilai, isu seperti itu acap terjadi. Hanta saja, sejauh mana Timses menyikapi isu tersebut.
“Isu ini biasa, tergantung personal Timses di lapangan. Kalau dia pemarah, berarti termakan isu sendiri,” jawab lelaki kelahiran Bone, Sulawesi Selatan ini kepada wartawan.
Kahar menjelaskan, personal branding kandidat itu juga melekat pada Timses. Jadi jika salah langkah, maka strategi yang dibuat akan gagal total. Apalagi harus bermain di dua kaki, justru terjatuh pada lubang yang sama.
Hal ini dapat terjadi, tambah Kahar, karena kondisi geografis, perkembangan ilmu dan teknologi (IT) dan karakter masyarakat di Kabupaten Morowali, sangat terbatas dan tersekat.
“Kita lihat saja di Morowali itu satu desa ke desa lain sangat mudah dijangkau. Tapi jaringan seluler sangat terbatas, dan karakter masyarakat yang tergabung di Timses saling mengenal satu sama lain yakni satu nenek moyang. Inilah indikator jika isu ini cepat meluas. Uniknya, isu ini lebih cepat dari pada jaringan seluler,” jelas dia, sembari tertawa kecil.
Atas merebaknya isu ini, redaksi investigasi dan mencoba menyusup dengan mendatangi Posko atau markas kelima Paslon tersebut. Posko awal dikunjungi Rumah Perjuangan di Jalan Trans Sulawesi, di Desa Wosu, Kecamatan Bungku Barat.
Redaksi juga menyusuri jalan yang sama di Posko lainnya, Rumah Aspirasi, Kelurahan Lamberea, Kecamatan Bungku Tengah. Menyusul Posko Energi Baru, dan Posko I Love Morowali di Jalan Trans Sulawesi.
Namun sayang, redaksi tidak menemui Posko Paslon urut Lima di wilayah darat. Dengar kabar, hanya ada di Kecamatan Menui Kepulauan. Posko akhirnya dijumpai, setelah 8 jam perjalanan panjang yang melelahkan dari Bungku Tengah.
Setelah berhasil menyusup, redaksi semula kesulitan menggali informasi. Timses lebih banyak tertutup dan saling menikmati secangkir kopi dan teh manis sembari mengunyah kue kering. Lebih banyak tim menghisap rokok ketimbang berbicara strategi politik.
Tidak ada aktivitas penting dilakukan para Timses ini. Lebih banyak duduk dan bersenda gurau sampai melepas tawa hingga larut malam. Sampai waktu tiba, mereka bergegas untuk menikmati hidangan makan siang dan malam bila disajikan tuan rumah. Antri pun tak terelakkan.
Begitu pula warga silih berganti berkunjung, hanya ingin menemui sang kandidat. Warga yang datang pun berparas sama ditemui saat mengunjungi Paslon yang berbeda. Ini terlihat pada Paslon urut Satu, Dua, Tiga dan Lima. Begitu pula pada Paslon Lima ke Paslon Empat.
Di setiap Posko itu, juga terlihat warga begitu mudah menemui kandidat tanpa proses registrasi. Namun ada pula melalui absensi yang ketat. Hanya saja, banyak juga warga gagal bersua dengan kandidat kesayangannya. Tak sedikit pula pulang dengan tangan hampa. Ini terlihat di Posko TAHAJUD, ADAM dan SAH.
Investigasi sepekan itu, masih dapat dikorek informasi, bahwa isu yang merebak itu sempat dibicarakan dalam ruang tertutup, bahkan ada pula secara terbuka. Adanya penyusup diantara Timses kelima Paslon menjadi tranding topic yang serius.
Termasuk isu pecah kongsi sesama kandidat bikin Timses semakin merapat. Bahkan sesama tim sempat saling tuding dan curiga satu sama lain.
Isu-isu ini terus dibedah. Mulai dari bocornya personal tim sebagai penyusup hingga kasus asusila yang menimpa salah seorang calon wakil bupati. Ada pula membahas sosok kedatangan tamu tak di undang hingga rekaman suara asusila yang beredar sangat cepat. Kasus asusila ini pun sempat dibahas aparat hukum.
Isu lainnya adalah beredarnya foto yang harusnya rahasia, namun beredar luas. Dokumen kosong yang merebak ke tangan lawan setiap timses. Ini terjadi di liima Timses.
Akun palsu dan grup internal di media sosial pun semakin diperketat. Tak heran, Timses Ring Satu kewalahan menakar dengan jurus bikin akun baru. Anggota tim pun diciutkan satu sama lain. Ini dibahas di Timses TAHAJUD, ADAM, SAH dan HARISMA.
Yang jelas, dana operasional yang dikucurkan ke Timses tidak sedikit. Paling tidak, personal Timses jaringan bawah masih bisa menikmati sisa dana operasional. Sementara Timses tingkat tinggi hanya tersenyum dan duduk manis di sudut ruang yang menjadi mangkalnya. Meski demikian, raut wajahnya tersirat kurang membujurkan tubuhnya di tilam empuk.
Kegagalan rekrutmen anggota Timses ini, memicu memecah suasana yang diklaim solid. Tak sedikit rahasia strategi sampai di kandang lawan. Dana yang dikucurkan ditakutkan akan hilang percuma.
Kepiawaian Timses “Ring Satu” kelima Paslon patut ditunggu. Pasalnya, musuh terbesar ada di kandang sendiri. Semoga saja kelima Paslon terbaik ini tidak terpengaruh isu-isu tersebut. Kepada Timses, selamat bertarung dengan santun dan bijak. Yang terbaik tetap jadi pemenang.*