Politik

Pilkada Morowali: Hasil Survei Paslon Harisma Mengguncang Dunia Maya

Nusantarakini.com, Bungku –

Perang survei antar paslon pilkada Morowali semakin menarik. Setelah paslon SAH, ADAM dan TAHAJUD merilis hasil survei masing-masing, kini giliran paslon HARISMA mengeluarkan hasil survei terbarunya.

Seperti diberitakan sebelumnya, paslon SAH telah menyewa dua lembaga survei yaitu Saiful Mujani Riset Center (SMRC) dan Parameter Survei Indonesia. SMRC telah mempublikasikan hasilnya pada bulan November 2017. Hasilnya, elektabilitas paslon SAH di urutan pertama. Sementara survei yang dilakukan oleh Parameter Survei Indonesia pada bulan April 2018 tidak dipublikasikan. Isu yang beredar mengatakan hal ini karana hasil elektabilitas paslo SAH jeblok.

Paslon ADAM juga telah merilis hasil survei terbarunya. Paslon ADAM menyewa lembaga Duta Survei Indonesia dari Makassar. Hasilnya menempatkan paslon ADAM pada posisi teratas mengungguli paslon TAHAJUD dan SAH.

Seminggu lalu, Jaringan Survei Indonesia (JSI) juga telah merilis hasil surveinya. Isu menyebutkan, mereka diminta oleh paslon TAHAJUD. Hasil survei mereka menempatkan paslon TAHAJUD sebagai paslon yang tingkat elektabilitasnya tertinggi. Namun demikian, JSI menegaskan hahwa hasil survei mereka tetap objektif karena mereka bekerja secara profesional.

Dan yang terbaru adalah hasil survei yang dilakukan oleh tim paslon HARISMA. Mereka menyewa sebuah lembaga yang menamakan diri dengan nama Lembaga Riset Indonesia (LSI). Hasilnya, lembaga ini menempatkan paslon HARISMA sebagai juara. Tingkat elektabilitas paslon HARISMA jauh diatas paslon lainnya. Padahal, berdasarkan hasil survei dari lembaga-lembaga survei lainya, tingkat elektabilitas paslon HARISMA sangat kecil.

Publikasi hasil survei yang menggelikan ini tentunya langsung mendapat sambutan meriah dari netizen. “Kenapa elektabilitas HARISMA tidak 100% saja sekalian?”, komentar salah satu netizen. Komentar netizen yang lain tidak kalah sinisnya, “Itu surveinya hanya dilakukan di sekretariat HARISMA saja”.

Yang lebih menggelikan lagi adalah lembaga survei ini menyatakan diri beralamat di Jakarta. Namun yang menggelikan mereka menulis alamat kantornya di Jakarta Tenggara. Padahal semua orang tahu bila wilayah Jakarta Tenggara itu tidak ada. Apakah ini sekedar salah tulis alamat? Atau alamat fiktif belaka?

Terpopuler

To Top