Ulama dan TNI, Dwi Tunggal Kekuatan Politik untuk Pancasila dan NKRI

Nusantarakini.com, Jakarta – 

ULAMA DAN TNI DWI TUNGGAL KEKUATAN POLITIK UNTUK PANCASILA DAN NKRI

Oleh : Habil Marati
Anggota DPR RI 1999-2009

Alhamdulillah, Kemenangan Anies-Sandi adalah kemenangan seluruh bangsa Indonesia. Peristiwa heroik ini memiliki arti strategis bagi kelanjutan NKRI yaitu tegaknya Pancasila.

Apa yang dilakukan Umat Islam dan TNI pada tanggal 19 April 2017 lalu tidak ubahnya menyerupai peristiwa heroik yang dilakukan Bung Tomo dan Arek-arek Suroboyo dalam mengusir tentara sekutu yang di pimpin Jenderal Mallaby. Peristiwa 10 November 1945 dengan tewasnya Jendral Mallaby maka agenda Belanda (NICA) yang membonceng Sekutu ingin kembali menjajah Indonesia gagal.

Bung Tomo dengan teriakan “Allahu Akbar” telah membakar semangat jiwa raga Arek-arek Suroboyo dalam menghentikan agenda Belanda tersebut. Mungkin saja seandainya Bung Tomo tidak mengambil inisiatif bersama Pemuda Arek-arek maka kemerdekaan bangsa Indonesia belum tentu bisa dipertahankan yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Peristiwa heroik 10 November 1945 dipimpin oleh Bung Tomo (TNI), KH. Hasyim Ashari, KH. Masykur dan KH. Wahab Chasbulah (Ulama).

Disamping peristiwa Mallaby ini, peristiwa Madiun 1948, Umat Islam menjadi korban kegaganasan dan keangkaramurkaan Komunis. Umat Islam yang dipelopori Santri dan Ulama, sedangkan TNI dipimpin Kolonel Gatot Soebroto berhasil menggagalkan agenda Muso untuk menjadikan Indonesia berideologi Komunis dengan pemerintahan Komite Front Nasional yang berdasarkan Marxisme-Leninisme. Peristiwa heroik ini yang dipelopori Ulama dan TNI berhasil menegakkan kembali Pancasila sebagai Ideologi Negara.

Selanjutnya peristiwa 1965, Komunis kembali melakukan aksi brutalnya dan kekejianya dengan melakukan pembunuhan dan pembataian 7 Jendral TNI secara biadab dan keji. TNI bersama Umat Islam berhasil menghentikan kekejaman Komunis ini sehingga Pancasila berhasil ditegakkan kembali oleh Umat Islam dan TNI.

Meskipun secara organisasi Komunis sudah tidak diizinkan berada di Indonesia, tapi secara ideologi komunis tidak akan pernah pergi dari bumi Indonesia. Bisa saja ideologi komunis saat ini menjadi silent minority, tapi agenda mereka ingin menjadi silent mojority dalam sistem perpolitikan Indonesia mana kala Umat Islam dan TNI berhasil mereka pisahkan.

Apakah Ada Pengkhianat Bangsa pada Peristiwa Madiun, 10 November 1945 dan 1965?

Sejarah membuktikan bahwa Ulama dan Umat Islamlah yang pertama kali mengambil inisiatif dan dominan menghancurkan Komunis, mengusir tentara NICA yang membonceng tentara Sekutu dengan agenda menjajah kembali bangsa Indonesia.

Meletusnya peristiwa Madiun disebabkan penghianatan yang dilakukan Amir Syarifuddin yang tidak mau mengakui kabinet Hatta.

Amir Syarifuddin nama Islam tapi jadi atheis, demikian juga nama seperti Kamuruzaman nama Islam tapi komunis, DN Aidit Islam tapi Komunis dll. Mereka ini menggunakan nama-nama Islam bahkan beragam Islam tapi komunis dan atheis dan jadi penghianat bangsa, dan membatai sesama Umat Islam. Ini mereka lakukan demi kekuasaan dan uang. Demikian juga jangan dipikir bahwa peristiwa 10 November 1945 tidak ada penghianat dari umat Islam, maupun pribumi yang membantu tentara Inggris (sekutu) yang membonceng tentara NICA Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.

Yang jadi pertanyaan saya adalah pada waktu Peristiwa Madiun dan 10 November pada kemana Non Muslim dan Non Pribumi? Jadi kalau hari ini Umat Islam dituduh anti Pancasila, anti bhinneka, Radikal serta dituduh makar adalah penghianatan terhadap sejarah Bangsa dan penghianatan terhadap proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Disamping itu fakta perjalanan sejarah Bangsa Indonesia bahwa Ulama dan Umat Islam bersama Para Jenderal TNI dan Prajurit TNI tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Menyerang TNI sama dengan menyerang Umat Islam, demikian juga menyerang Ulama sama dengan menyerang TNI. Menyerang TNI dan Ulama sama dengan menyerang Pancasila dan NKRI, sampai kapan pun Umat Islam dan TNI tidak akan pernah menghianati Pancasila.

Bagaimana dengan yang lain yang selama ini mereka teriak-teriak Islam Radikal, Islam anti Pancasila dan teriak-teriak kembalikan TNI ke barak, TNI di larang berpolitk,TNI melanggar HAM. Saya curiga mereka yang teriak teriak ini adalah keturunan penghianat bangsa dulu, dan mereka akan tetap jadi ancaman Bangsa Indonesia dan mereka akan men-destroyer Umat Islam, TNI, Pancasila dan NKRI.

Peristiwa Tanggal 19 April 2017

Kemenangan Anies-Sandi tanggal 19 April 2017 sangat heroik, peristiwa ini hampir sama dengan Peristiwa heroik 10 November 1945, dimana Ulama di pimpin Habib Rizieq, sedangkan TNI di pimpim Prabowo termasuk TNI aktif lainnya. Teriakan Prabowo “Allahu Akbar” dan teriakan Habib Rizieq “Allah Akbar” telah membangkitkan kepekaan iman Umat Islam serta rasa nasionalisme terhadap ancaman yang belum kelihatan dan agenda lainnya jika Anies-Sandi kalah.

Prakondisi gerakan sekularisme, Komunisme, Atheisme serta Marxisme telah membonceng pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Tujuan mereka adalah untuk mengembalikan ideologi komunisme di Indonesia dan mensekulerkan umat Islam. Dan yang paling mengerikan adalah pengkhianatan Pancasila, yaitu mereka ingin memanipulasi Pancasila dengan cara menempatkan Sila ke-1 Pancasila menjadi sila ke-5.

Dalam sejarah perebutan ideologi selalu menempatkan Ibu kota Negara sebagai tujuan utama untuk disebut. Mereka membonceng Pilkada DKI untuk kemudian merebut seluruh wilayah Indonesia untuk dijadikan sekuler. Agenda mereka berikutnya adalah ingin merebut Presiden RI.

Kita masih ingat ketika Belanda menjajah Indonesia, bukan tentara Belanda yang masuk terlebih dahulu menginvansi Indonesia, tapi lewat maskapai dagang dan Pengusaha Belanda yaitu VOC. Setelah VOC menguasai perekonomian Indonesia baru kemudian tentara Belanda Masuk menjajah Bangsa Indonesia, kemudian Belanda membentuk pemerintahan dan menguasai sebagian besar wilayah Indonesia.

Demikian juga dengan Pemilihan Gubernur DKI ini mereka telah menguasai ekonomi Jakarta, proyek reklamasi, ketidakadilan, ketidakmandirian ekonomi serta menjauhnya kesejahteraan dari rakyat. Mereka desain agar rakyat Indonesia meninggalkan perintah Agama Islamnya dengan menawarkan program semu dan fatamorgana bahwa calon mereka anti korupsi, bersih, peduli dengan rakyat miskin, membikin program jaminan sosial.

Hukum dilanggar demi kepedulian pada rakyat miskin dengan cara bagi-bagi sembako meskipun aturan dilarang tetapi dilakukan pada minggu-minggu tenang. Meskipun mereka telah kalah dalam pilgub tapi mereka tetap memaksakan kehendak dengan cara mengirim karangan bunga duka cita atas kegagalan calon mereka pada pilgub.

Bagi mereka pilgub DKI kemarin adalah sangat penting makanya. Mereka mempertaruhkan segala-galanya. Uang, sembako, hukum, kekuasaan dan media.  Tapi Allah mengetahui rencana busuk mereka terhadap Umat Islam, Pancasila, NKRI dan TNI.

Kemenangan Anies-Sandi salah satu faktornya adalah menyatunya TNI dan Umat Islam di TPS. Kemenangan Anies-Sandi ini untuk sementara menyelamatkan Umat Islam dan persatuan bangsa dari agenda sekularisasi mereka.

Sekali lagi Ulama dan TNI lah the real political power untuk mengamankan Pancasila dan NKRI. Warga negara sejati adalah warga negara yang menjalankan ajaran agamanya secara sungguh- sungguh tanpa pamrih. Saya tidak bisa bayangkan seandainya pilgub kemarin Anies-Sandi kalah, tapi Allah maha melihat dan maha mengetahui. (mc)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *