Pengamat Tionghoa: Benarkah Petahana Ahok Gagal Pimpin Jakarta? Ini Faktanya

Nusantarakini.com,Jakarta-

Gencarnya Ahokers, panggilan yang lazim untuk “pasukan pendukung Ahok” yang terus mengkampanyekan Ahok sebagai sosok bersih dan sukses membangun Jakarta karena hasil kerja yang nyata, membuat Kan Hiung, pengamat sosial keturunan Tionghoa benar-benar penasaran.

Pria yang familiar dipanggil Mr. Kan berusaha menggali informasi untuk membuktikan apa benar Ahok seperti yang digembar-gemborkan para “die hard”nya.

Riset Mr.Kan, yang menurutnya masih bisa didiskusikan tersebut, ternyata menemukan kontradiksi dari apa yang diklaim oleh Ahokers. Seperti jauh panggang dari api. Karena faktanya jelas sangat berbeda dan tak berdasar untuk seorang Ahok yang nyatanya beringas, reseh dan grasak grusuk, termasuk dugaan berbagai skandal keuangan dan kebijakan melokalisir orang-orang miskin untuk angkat kaki dari ibu kota.

Mr. Kan menguak sejumlah fakta dan kenyataan yang ia rasakan dan amati di Jakarta sejak 2012 – 2017. Berikut daftar catatan dia tentang fakta Ahok yang diterima redaksi Nusantarakini.com:

1). Kemacetan Makin parah;

2). Banjir sama saja – Kalau banyak hujan pasti banjir di mana-mana (tidak banjir jika tidak hujan);

3). Saya mengamati dagang juga makin susah karena sistem ekonomi yang kurang teratur (kemiskinan terlihat bertambah);

4). Penggusuran yang dilakukan tampak kurang mempertimbangkan rasa kemanusiaan (main gusur sesukannya tanpa didahului musyawarah dengan baik);

5). Kata-kata kasar mendahului tindakkan. Hal ini tampak kurangnya pendidikan seorang pemimpin (jadi contoh yang tidak baik), tampak kurang berintegritas, tampak kurang mampu menguasai kecerdasan emosi, kurang profesional dan berpotensi memicu perpecahan;

6). Sejumlah besar permasalahan apartemen dan rusunawa tidak dapat diselesaikan (Kita nenduga adanya keberpihakkan terhadap developer nakal);

7). Banyak ketua RT dan RW yang sedikit pusing karena wajib kirim foto ke qlue sehari 3 kali seperti minum obat (kurang masuk akal); dan nyatanya tetap banyak yang berantakan.

8). Menurut saya kebijakkan ‘Ganjil Genap’ yang tidak pantas;

9). KIR kendaraan makin rumit dan makin mahal biayanya (kurang jelas);

10). NJOP dibawah 1 M gratis PBB, ini tidak masuk kategori kelas kemiskinan (seharusnya tidak pantas gratis). Lalu tujuannya apa? Lain soal kalau NJOP di bawah 200 juta gratis PBB mungkin menolong garis bawah ( hal ini pastinya mengurangi pemasukan negara – hutang negara makin menumpuk; tahun 2016 sudah 4.234 Triun). Tujuannya pun jadi kurang jelas! Saya curiga ada sesuatu yang terselubung!
Malah NJOP unit apartemen yang 200 jt – 300 jt pun harus bayar PBB aneh kan! Tapi ini nyata!;

11). Saya dapat kabar busway ada yang sebagian dijalankan 24 Jam ( jika benar menurut saya ini pemborosan dan tengah malam jelang subuh pasti jarang ada penumpang ). Singapura saja yang begitu besar transportasi umumnya, bus berhenti pada jam 00.30 malam – di sana saya biasa naik bus ke mana-mana )

12). Punya staf khusus Sunny yang tidak begitu jelas! (muncul heboh saat kasus korupsinya rekramasi).

13). Menyandang terdakwa kasus penodaan agama.

Pasca Aksi 212 saja negara sudah menghabiskan 76 milyar untuk pengamanan atas reaksi kasus ini. Kasus ini berpotensi terjadinya perpecahan antar kerukunan umat beragama, suku dan ras. Karena ada kabar burung banyak isu Sara hoax yang berpotensi menyesatkan; seperti mencoba memutarbalikkan fakta (seakan-akan dikriminalisasi, dipolitisir, intoleransi, bungkus agama, radikal, provokasi, menyebarkan kebencian, didzolimi, politik kotor – terjadinya hal ini sangat tidak baik dan kurang bijaksana). Kasus penodaan agama ini sungguh menghabiskan banyak energi kita yang tidak pantas secara yurisprudensi, ada apa sebenarnya di balik ini! apa ada udang di balik batu?

 

*Kan Hiung alias Mr.Kan adalah Pengamat Sosial keturunan Tionghoa yang peduli dengan kondisi Jakarta, tinggal di Jakarta. [mc]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *