Nusantarakini.com, Jakarta – Ada yang patut dipuji dari perkembangan religiusitas masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Setelah tahun 1990-an booming jilbab dan kemudian diikuti oleh tren hijab dewasa ini yang menjangkau semua lapisan masyarakat, kini kegiatan menghapal Al-Qur’an atau tahfizh ikut semarak di tengah-tengah masyarakat. Kegiatan tahfizh ini tidak saja monopoli kanak-kanak muslim, tapi juga kalangan orang tua. Uniknya, tahfizh telah menjadi bagian penting dari standard mutu kegiatan belajar mengajar di berbagai tempat di Indonesia. Sekolah-sekolah favorit dari berbasis agama hingga umum, memasukkan kegiatan tahfizh sebagai bagian penting dari proses belajar mengajar.
Populernya kegiatan tahfizh di mata masyarakat ditunjang oleh sayembara tahfizh yang ditayangkan di tv-tv nasional dalam beberapa tahun belakangan. Anak-anak dari keluarga muslim berlomba menguasai hapalan Al-Qur’an.
Selain di kalangan anak-anak, ternyata di kalangan tentara telah muncul perwira-perwira yang hapal Al-Qur’an. Hal ini tentulah menimbulkan rasa haru setelah sekian lama dicitrakan bahwa tentara tidak akrab dengan religiusitas.
Beberapa waktu yang lalu, enam orang penghapal Al-Qur’an dari TNI AD, AU dan AL menunjukkan bakat mereka yang mempesona. Banyak dari masyarakat yang tersentuh dan menaruh simpati dengan perwira-perwira terpuji tersebut. Mereka adalah Letkol I Wayan Arta yang hapal 5 juz dari 30 juz Al-Qur’an, Kopda Misbachul Khoir hapal 12 juz, Lettu Laut Makarim Umar hapal 20 juz, Serda Supramono hapal 5 juz, Pratu Faishol Yanuar hapal 12 juz, dan Serda Rachmat Sholeh hapal 30 Juz.
Tentara aktif yang memiliki hapalan Al-Qur’an tersebut layak mendapat apresiasi dari pemerintah maupun masyarakat. Sebab, mereka yang menghapal Al-Qur’an dan mengamalkannya akan terbentuk menjadi pribadi yang tenang, awas dan teliti. Pribadi semacam itu cocok dengan tuntutan dunia tentara. (sed)
