Malapetakan politik barangkali bisa kita hindari dengan menerima putusan MK itu. Tapi malapetaka ekonomi, azab dengan bencana alam, dan berbagai kemungkinan lainnya kita hanya bisa berserah diri kepada-Nya.
Nusantarakini.com, Jakarta –
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) telah dibacakan. Tentu kita terima itu secara legal-formal.
Tapi secara substansial, menilai apa yang disampaikan para Hakim MK, timbangan kita mengatakan bahwa apa yang disampaikan Yang Mulia Hakim Saldi Isra, Hakim Arief Budiman dan Hakim Eny Nurbaningsih dalam Dissenting Opinion mereka lebih mendekati kebenaran dan keadilan substantif daripada hakim yang memenangkan golongan munafik itu.
Golongan munafik itu telah dimenangkan oleh putusan MK menggunakan alasan-alasan legal formal yang tidak disertai bukti-bukti yang sesuai fakta. Sebagaimana yang telah banyak dikemukakan dalam persidangan-persidangan di Mahkamah Konsititusi. Mereka mengikuti hawa nafsu mereka dengan mengabaikan keterangan para saksi dan bukti-bukti yang telah disampaikan.
Sebagai orang yang beriman kita percaya bahwa apa pun yang terjadi itu adalah kehendak Allah.
Jika Allah memberikan pemimpin yang amanah, yang dapat dipercaya berarti Allah menghendaki suatu masyarakat itu menjadi baik, selamat dan sejahtera.
Sebaliknya jika Allah memberikan pemimpin dari kalangan orang kafir, munafik, fasik, maka berarti Allah menghendaki suatu kaum mengalami kehancuran.
Karena itu, mari kita banyak beristigfhar kepada Allah, mendekatkan diri kepada-Nya, agar kita selamat dari azab Allah yang akan ditimpakannya.
Malapetakan politik barangkali bisa kita hindari dengan menerima putusan MK itu. Tapi malapetaka ekonomi, azab dengan bencana alam, dan berbagai kemungkinan lainnya kita hanya bisa berserah diri kepada-Nya.
Kita berdoa, semoga kaum munafik yang sedang berkuasa jika diberi hukuman oleh Allah, tidak menimpa kita semua.
Mendekatlah kepada Allah, laksanakan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya. Takutlah kepada azab Allah yang jika ditimpakan kepada mereka yang zalim juga dapat menimpa siapa saja.
Rabbana atina fiddunya hasanah, wal fil akhirati hasanah, waqinaa azaaban naar.
Walhamdulillahi rabbil aalamiin. [mc]
*Hasanuddin, Mantan Ketua Umum PB HMI.