Nasional

Pasangan AMIN Diprediksi akan Kalahkan Prabowo-Gibran di Putaran Ke-2, Ini Datanya

Nusantarakini.com, Jakarta –

Pilpres 2024 mendatang diperkirakan akan berlangsung dua putaran. Karena tidak ada satu pun dari tiga pasangan calon yang dianggap bisa mendapat suara 50 persen plus 1 pada pemilihan 14 Februari 2024 mendatang.

Sementara pada putaran ke-2 nanti banyak yang memprediksi akan mempertemukan capres-cawapres nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Kita bisa merujuk dari pernyataan Direktur Polmark Indonesia Eep Saefullah Fatah yang menyebut Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran, dan juga temuan terbaru Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang rilis Rabu, 27 Desember 2023 kemarin. Yaitu, elektabilitas Prabowo-Gibran 43,7 persen, AMIN 26,1 persen, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD 19,4 persen. Sementara 10,9 persen responden yang belum menentukan pilihan dan tidak menjawab.

Pengamat politik Dr. Robi Nurhadi, menyebut penentu kemenangan antara Prabowo-Gibran dan Anies-Muhaimin ini adalah Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, pendukung utama pasangan Ganjar-Mahfud. Sikap Megawati apakah emosional atau ideologis dalam menentukan pilihan menjadi indikasi.

“Ini menarik. Kata kuncinya mungkin di Mega. Apakah kemudian Mega itu memperlakukan pola yang sama seperti ke Pak SBY kalau lagi tidak suka atau konflik dengan orang. Dengan Jokowi kan hari ini. Atau kemudian lebih kuat pertimbangan ideologinya. Jadi ini antara ideologi dan emosi. Kita lihat nanti,” katanya, Jumat, 29 Desember 2023.

Sebagaimana diketahui sampai saat ini Megawati dinilai masih belum bersedia ‘baikan’ dengan SBY buntut peristiwa politik jelang Pilpres 2004 lalu. Megawati yang saat itu menjadi presiden dinilai kecewa kepada SBY selaku bawahannya.

Karena Menko Polkam era Mega bernama lengkap Susilo Bambang Yudhoyono itu dinilai tidak terbuka saat ditanya apakah akan maju atau tidak pada Pilpres 2004. Konflik keduanya tidak terelakkan yang kemudian SBY mundur dari kabinet. Pilpres 2004 benar-benar mempertemukan keduanya secara head to head terutama di putaran kedua yang akhirnya dimenangkan SBY.

Sementara saat ini, Megawati juga dinilai memiliki sikap yang sama terhadap Presiden Jokowi. Karena Jokowi yang didukung Megawati sejak jadi Wali Kota Solo hingga menduduki kursi RI-1 dua periode tidak mengikuti kebijakan partai yang mengusung Ganjar-Mahfud. Sebab Jokowi, sebagaimana anggapan umum, mendukung Prabowo yang berpasangan dengan anaknya, Gibran.

Melanjutkan keterangannya, Doktor Robi menilai sikap emosional Megawati dan PDIP yang akan lebih mengemuka daripada kedekatan ideologis dengan Prabowo-Gibran dalam menentukan pilihan. Karena penolakan kader PDIP dan pendukung Ganjar kepada Prabowo-Gibran juga semakin menguat. Bahkan kini mereka mulai menggaungkan ‘asal bukan Prabowo’ di media sosial.

“Sebab bagi teman-teman PDIP, teman-teman Ganjar, (sikap) ke Prabowo-Gibran itu ‘sakitnya tuh di sini’,” kata dosen Universitas Nasional (Unas) Jakarta ini.

‘Sakitnya tuh di sini’ berasal dari judul sebuah lagu yang kemudian menjadi istilah populer dan kerap disampaikan dengan nada lucu-lucuan yang menunjukkan rasa kecewa sambil memegang dada.

Doktor dari Pusat Studi Sejarah, Politik, dan Strategi Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) ini pun memaklumi bagaimana kecewanya kader PDIP dan pendukung Ganjar atas sikap Jokowi yang tidak mendukung tersebut.

“Itu luar biasa. Saya bayangkan bagaimana perasaan Ganjar, bagaimana perasaan Bu Mega, bagaimana perasaan teman-teman PDIP itu, ‘sakitnya tuh di sini’. Saya punya teman-teman di PDIP, di (pendukung) Ganjar yang juga dekat juga dengan Bu Mega, saya suka menghibur (dengan mengatakan), saya paham, saya paham,” ungkapnya.

Dia menjelaskan kekecewaan Mega, PDIP, dan Ganjar kepada Jokowi yang akan berujung penolakan terhadap Prabowo-Gibran membuka peluang Anies-Muhaimin mendapatkan dukungan.

“Ganjar secara pribadi wajar kalau dia merasa pengalihan dukungan Jokowi dengan menempatkan Gibran itu mau enggak mau mempengaruhi chemistry Ganjar ke Jokowi dalam hal ini ke kubu Prabowo-Gibran,” paparnya.

Terlebih secara personal, katanya melanjutkan, Anies-Muhaimin memiliki kedekatan dengan Ganjar-Mahfud. Keempat tokoh tersebut merupakan sama-sama alumni UGM, Yogyakarta. Apalagi, Anies dan Mahfud sama-sama bagian dari keluarga besar HMI.

“Itu mempengaruhi. Jadi secara rasional mestinya memang suara Ganjar akan ke Pak Anies,” ucapnya.

Karena itu, dia menyarankan Anies-Muhaimin untuk tidak mengambil posisi diametral dengan Ganjar-Mahfud. Anies-Muhaimin didorong tetap fokus head to head melawan Prabowo-Gibran, seperti sudah kerap ditunjukkan dalam banyak isu.

“Ganjar ditemani saja. Karena peluang putaran kedua sudah terbaca sekarang. Saran saya juga kalau memungkinkan kenapa enggak (AMIN) silaturahmi dengan (Ketua DPP PDIP) Puan (Maharani), dengan Bu Mega. Berteman dulu lah, (minimal) WA-WA-an,” tandas Doktor Robi Nurhadi sambil tertawa kecil sebagaimana dikutip dari Kbanews.com. [mc/kba]

Terpopuler

To Top