NUSANTARAKINI.COM _ Partai Nasional Demokrat (Nasdem) telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon Presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 sejak 3 Oktober 2022. Namun, setelah itu, belum ada satu pun partai lain yang mengambil langkah sama seperti Nasdem.
Ketua DPW Jaringan Nasional (Jarnas) ABW Jawa Timur-Jawa Tengah-DIY, Fahmi Rosyadi mengatakan, merasa sangat optimis partai lain akan menyusul.
“Kalau kami optimis banget, bahkan mungkin kalau calon sekarang yang posisinya paling kuat itu mas Anies. Ganjar pun masih licin kesana-kemari,” kata Fahmi pada Kamis (29/12/2022).
Dia menyampaikan, dengan Nasdem mendeklarasikan Anies secara resmi mendeklarasikan, relawan menjadi semakin optimis.
“Saya pikir PKS itu ga mungkin dia mendukung selain mas Anies. Kalau dia dukung selain mas Anies, akibatnya partainya akan gembos, pemilihnya akan lari, jadi itu malah merugikan,” tambahnya.
Sementara, meski pengurus pusat Partai Amanat Nasional (PAN) sama sekali tidak melirik Anies, Fahmi mengungkapkan, di akar rumput hingga pengurus DPD PAN di Jawa kemungkinan 60 persen lebih malah mendukung Anies.
“Mereka ga nurut sama pengurus di pusat. Jadi, saya optimis sekali dengan mas Anies,” jelasnya.
Bahkan, Fahmi secara pribadi menyatakan bahwa mendekati hari H mendekati pendaftara Capres dan Cawapres tahun depan, partai-partai yang basis pemilihnya itu simpul Islam pasti akan mendekat.
“Seperti PPP saya yakin sekali. Kalau PPP ga ke mas Anies ya itu tadi seperti PKS bisa gembos, ga ada suara sama sekali,” lanjutnya.
Meski demikian, ada masalah yang harus segera diatasi oleh para relawan pendukung Anies.
“Masyarakat kita itu masih belum terlalu kenal sosok Anies, sehingga itu yang masih menjadi PR kita untuk memperkenalkannya tidak hanya dengan berkata-kata saja, tapi harus menciptakan APK (alat peraga kampanye), seperti kalender dan stiker. Itu yang jelas jadi kendala karena relawan murni bukan seperti Ganjar yang didukung oligarki,” ungkapnya.
Dia membeberkan, Jarnas selama ini pun terkendala soal finance dan sepenuhnya merupakan hasil swadaya.
Tantangan selanjutnya adalah soal money politic alias politik uang.
“Masyarakat kita memandang BLT itu bantuan Jokowi bukan bantuan negara, padahal BLT itu ada gambar Jokowi seperti itu curangnya. Kan, seperti itu diteruskan Ganjar,” tegasnya.
Selain itu, Fahmi menegaskan, Ganjar bergerak satu hingga dua tahun lebih dahulu ke desa-desa daripada Jarnas maupun relawan Anies Baswedan lainnya.
“Seperti saya di Tulungagung, di pedalaman itu sudah banyak juga bagi-bagi kaos Ganjar. Masyarakat susah dan wani pironya masih sangat banyak,” ucapnya.
Akan tetapi, Fahmi menjelaskan, Jarnas secara pelan-pelan memberikan penjelasan melalui forum-forum.
“Pokoknya, kita masuk ke acara-acara desalah. Kita jelaskan bahwa 200 ribu itu ga seberapa dibandingkan 5 tahun kita menderita, harga naik, impor yang seharusnya tidak dilakukan seperti beras malah diimpor, yang membuat harga di petani jadi jatuh,” paparnya.
Fahmi berharap, misalnya dari 40 orang yang ada di forum, minimal setengah atau seperampatnya bisa berubah pikirannya.
“Sekarang trennya wa grup. Kita masukkan di situ berita-berita tentang anies baswedan, keberhasilannya, kemudian personality-nya seperti apa. Itu ikhtiar yang dilakukan relawan, yang saya tegaskan caranya seperti itu,” pungkasnya.