NUSANTARAKINI.COM _ Petugas penyelamat masih berjuang untuk menjangkau orang-orang yang masih terperangkap di reruntuhan satu hari setelah gempa bumi di Cianjur, Senin siang (21/11/2022).
Gempa yang berpusat di wilayah Cianjur provinsi Jawa Barat, melanda pada kedalaman 6,2 mil (10 km), memicu tanah longsor dan merusak bangunan, termasuk ribuan rumah.
Jumlah orang yang tewas masih belum bisa dipastikan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, jumlah korban tewas saat ini mencapai 103 orang, dengan 31
orang hilang. Namun, sebelumnya, Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat menyebut, jumlah korban tewas mencapai 162 orang.
“Mayoritas yang meninggal adalah anak-anak,” ujarnya seraya menambahkan, banyak di antara mereka adalah para pelajar yang sedang mengikuti les tambahan.
Data sementara yang dirilis pihak berwenang, dan dikutip Save the Children, mengungkapkan, ada sekitar 51 sekolah yang terdampak meliputi 30 SD, 12 SMP, satu SMA, lima SMK, dan satu SLB.
Rumah sakit tampak kewalahan denagn jumlah pasien, yang terluka terbaring di lantai di atas kasur dan selimut, atau di bawah tenda darurat. Pada Senin malam, para korban dirawat dalam kegelapan, di bawah cahaya obor, akibat pemadaman listrik yang meluas.
“Semuanya runtuh di bawah saya dan saya hancur di bawah anak ini,” kata Cucu, seorang warga berusia 48 tahun kepada Reuters dari area parkir rumah sakit yang padat.
“Dua anak saya selamat, saya gali… Dua lagi saya bawa ke sini, dan satu masih hilang,” katanya sambil menangis.
Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) menyampaikan, sedikitnya 25 orang masih terkubur di bawah reruntuhan di Cianjur saat Senin malam. Upaya untuk menjangkau korban diperumit oleh listrik mati, jalan rusak, dan lebih dari 80 gempa susulan.
Pada Selasa pagi, ratusan petugas polisi telah dikerahkan untuk membantu upaya penyelamatan, kata Dedi Prasetyo, juru bicara kepolisian nasional kepada kantor berita Antara.
“Tugas utama personel hari ini adalah fokus mengevakuasi korban,” ujarnya.
Para pejabat bekerja pada hari Selasa untuk mencapai daerah Cugenang, yang terhalang tanah longsor. Gempa tersebut merusak sedikitnya 2.200 rumah dan membuat lebih dari 5.000 orang mengungsi, kata Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dikatakan telah mengkonfirmasi kematian 62 orang, tetapi belum memverifikasi 100 korban tambahan.
Mus Mustopa, yang tinggal di Padaluyu, sebuah desa di Cianjur, mengatakan kepada Kompas TV Indonesia bahwa dia membantu sebuah keluarga memulihkan tubuh seorang wanita berusia 80 tahun yang meninggal akibat gempa.
Itu terjadi secara tiba-tiba, katanya. “Saya tidak siap dan melihat rumah-rumah menjadi puing-puing… Sekitar 50 rumah rusak, dengan sekitar 10 rusak berat.”
Beberapa kejadian longsor dilaporkan terjadi di Cianjur. Ima Mafazah, seorang relawan Palang Merah Indonesia, mengatakan getaran terus berlanjut hingga larut malam pada hari Senin.
“Rumah-rumah rusak di wilayah yang luas, dan akses sulit karena jalan retak,” jelasnya.
Perawat telah dikirim oleh Palang Merah Indonesia dengan sepeda motor untuk menjangkau korban luka di empat daerah yang paling parah terkena dampak, sekitar satu jam dari kota utama, yang tidak dapat diakses.
Sistem Pager Survei Geologi AS memperkirakan bahwa hingga 242.000 orang terkena “guncangan sangat kuat” dan hingga 978.000 orang terkena “guncangan kuat”. Gempa tersebut terasa bahkan hingga 60 mil (100 km) jauhnya di ibu kota Indonesia, Jakarta, di mana gedung-gedung bertingkat bergoyang.