Hubungan Indonesia-Palestina, Tidak Saja Ideologis, Tapi Juga Historis

Nusantarakini.com, Jakarta –Secara ideologis, Palestina dan Indonesia sama-sama mayoritas penduduknya beragama Islam. Meski tidak ada alasan untuk tidak membela Palestina karena faktor perbedaan agama. Sampai pada isu kemanusiaan, maka itu harus menjadi masalah bersama. Lintas agama, etnis dan negara.

Hanya saja, kesamaan agama akan menambah kuatnya solidaritas, disamping faktor kemanusiaan. Dan ini hal yang natural. Karena setiap manusia yang mengikatkan diri dalam identitas-identitas tertentu, akan melahirkan ikatan solidaritas. Apapun dasar identitas itu.

Wajar jika Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim kemudian punya semangat pembelaan yang lebih eksploratif dan ekspresif dibanding misalnya sejumlah negara yang penduduknya mayoritas non muslim.

Selain faktor Ideologis, Palestina adalah salah satu negara yang paling awal mengakui kemerdekaan Indonesia. Bagi rakyat Indonesia, sejarah ini tidak akan terlupa. Dari sejarah ini, wajar jika Presiden Soekarno dalam pidatonya bilang: “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel… “.

Sikap Bung Karno, panggilan Presiden Soekarno, nampaknya diwarisi oleh bangsa ini. Terbukti, hingga hari ini, Indonesia selalu menolak hubungan deplomatik dengan Israel. Tidak saja di masa Orde Baru, semua presiden era reformasi juga menolak.

Gus Dur sekalipun, meski tidak terang-terangan, tidak membuka hubungan deplomatik dengan Israel. Begitu juga dengan Presiden Jokowi.

Semua presiden di Indonesia menolak hubungan deplomatik dengan Israel. Ini satu sikap yang sama dan menjadi aspirasi rakyat Indonesia.

Hanya saja, ekspresi masing-masing presiden berbeda dalam menolak hubungan deplomatik tersebut.

Tidak hanya presiden, kepala daerah pun juga ikut menunjukkan penolakannya terhadap agresi Israel ke Palestina. Termasuk Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta.

Saat diundang TV One, Anies menggunakan syal bergambar bendera Palestina dan bendera merah putih. Begitu juga ketika Anies shalat Idul Fitri. Hari ini, Anies nampak masih menggunakan syal gambar bendera Palestina saat shalat jumat. Sebuah sikap dan pesan yang jelas dan tegas.

Tidak saja menggunakan syal yang menunjukkan empati dan dukungannya ke warga Palestina, Anies juga menemui Duta Besar Palestina untuk Indonesia, dan menyumbangkan gajinya bagi warga Palestina yang saat ini sedang menjadi korban agresi Israel. Tanpa kata-kata dan komentar, Anies telah menunjukkan sikapnya. Untuk hal-hal yang bersifat kemanusiaan, Gubernur DKI ini dikenal cukup sensitif dan memiliki kepekaan cukup tinggi.

Sikap presiden, kepala daerah dan rakyat Indonesia adalah satu narasi: “dukung Palestina Merdeka dan tolak segala bentuk pembantaian” . Tragedi kemanusiaan di Palestina telah menciderai nurani kemanusiaan. Karena itu, masyarakat dunia layak mengutuknya. [mc]

Jakarta, 21 Mei 2021.

*Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa.