PDIP: Pilih Puan atau Ganjar?

Nusantarakini.com, Jakarta –Banyak yang kebakaran jenggot saat elit PDIP nampak condong menjagokan mbak Puan Maharani daripada mas Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024 nanti.

Kabar kecenderungan elit PDIP yang tidak menyukai mas Ganjar, sebenarnya sudah agak lama berhembus secara samar-samar. Namun kabar ini seakan terkonfirmasi saat mas Ganjar sebagai tuan rumah tidak diundang pada acara pengarahan kader PDIP se-Jateng dalam rangka persiapan pemilu 2024, yang dihadiri oleh Puan Maharani kemarin, Sabtu (22/5/2021).

Pertanyaanya mengapa PDIP lebih mendorong Puan daripada Ganjar?

“Tidak diundang! (Ganjar) wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, aja keminter (kalau kamu pintar, jangan bersikap sok pintar),” tegas Bambang Wuryanto, Ketua Bidang pemenangan DPP PDIP.

Mengapa mas Ganjar dianggap sudah kelewatan (wis kemajon)? Apakah karena sudah terlalu populer dibanding kader-kader lain?

BUKAN. Saya berharap mas Ganjar tidak melakukan “kesalahan” yang sama, yang pernah dilakukan oleh mbak Rustriningsih, kader PDIP dan mantan wakil Gubernur Jateng.

Kita masih ingat, pada Pilgub Jateng 2018, saat itu popularitas dan elektabilitas Rustriningsih di Jateng sudah paling tinggi diantara kader-kader lain, termasuk mas Ganjar. Hanya saja, Rustringsih bertindak kelewatan alias “kemajon” sehingga DPP PDIP memilih mencalonkan mas Ganjar, yang dianggap lebih tahu etika politik dan lebih “tegak lurus” dengan perintah partai.

Sejarah bisa berulang bila Ganjar bertindak kemajon (kelewatan). Salah satu aksi politik Ganjar yang dianggap “kemajon” adalah terlalu dini membentuk jaringan relawan yang masif. Jaringan relawan “Sedulur Ganjar” telah dibentuk dan bekerja di berbagai propinsi. Mereka juga sudah bekerja di medsos secara luas. Sehingga terkesan menggiring opini bahwa PDIP sudah atau pasti akan mencalonkan mas Ganjar pada Pilpres 2024.

Padahal di internal PDIP sendiri belum ada “restu” kepada Ganjar untuk bekerja mempersiapkan diri menghadapi pilpres 2024. Mas Ganjar mungkin lupa bahwa selama ini kader tidak boleh “memaksa” DPP PDIP untuk menentukan siapa yang harus didukung atau dicalonkan. DPP memiliki pertimbangan dan penilaian tersendiri terhadap kader mana yang akan dimajukan.

Saya yakin mas Ganjar juga tidak lupa bahwa selama ini, “kesabaran menunggu perintah” partai merupakan salah satu indikator atau ujian untuk menilai sejauh mana loyalitas kader, terutama mereka yang akan mencalonkan pada pemilu (pilkada). Jadi tidak heran bila DPP PDIP sering memberikan restu kepada calon di injuri time pendaftaran calon. Semoga mas Ganjar punya kesabaran dalam hal ini.

Satu lagi ujian yang harus dilewati oleh mas Ganjar yaitu sejauh mana mas Ganjar akan “tegak lurus” dengan perintah partai. Belajar dari mbak Rustriningsih lagi, beliau dinilai tidak bisa tegak lurus dengan perintah partai sehingga gagal meraih tiket partai. Kesalahan mbak Rustri adalah dia “bermain mata” dengan partai lain, untuk mempersiapkan skoci bila gagal mendapatkan perahu PDIP. Aksi politik mbak Rustri ini dinilai sebagai sebuah pengkhianatan atau tidak tegak lurus dengan perintah partai. Semoga mas Ganjar bisa mengambil pelajaran dari kasus mbak Rustriningsih, tetangga saya di Gombong, Kebumen, Jateng. [sd]

*Bung Densus, Pengamat dan Konsultan Politik.