Nusantarakini.com, Jakarta –
Hari ini saya senang. Saya dapat kabar langsung dari saudara, bahwa warga Tanjung Sari, Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah, telah menikmati kembali tanahnya yang tadinya digusur oleh Pemda. Mereka membangun lagi rumah-rumah mereka di lokasi tergusur. Artinya, rencana jahat hendak menyulap Tanjung Sari yang strategis sebagai lokalisasi wisata dengan segala aspeknya itu, tutup buku untuk sementara. Perusahaan besar dari Jakarta yang sudah sempat ngences ilernya membayangkan tambang uang akan direguknya pada tahun-tahun akan datang, terpaksa ences ilernya jadi pulau di bantal-bantal mereka.
Lantas kenapa saya senang? Sederhana saja. Saya telah mengeluarkan pikiran, tenaga dan sedikit uang untuk menggagalkan rencana tersebut yang menindas korban rakyat kecil. Mereka kira, karena jauh nun di sana, tak ada sorotan luas dari Jakarta. Mereka anggap tak ada advokasi dari mana-mana. Nyatanya tidak.
Sampai akhirnya Presiden mendengar isu tak populer itu. Sampai kemudian kru DPR (baca: anggota DPR) datang juga ke lokasi, walau sekedar tinjau-tinjauan. Tapi ketika kasus itu telah dinasionalkan, maka goncanglah keangkuhan penguasa di sana itu. Di situ mereka memanen kegagalan rencananya.
Pendeknya ini menjadi pelajaran bahwa korporasi yang menunggangi tangan-tangan negara di dalam suatu kondisi demokrasi semu dan liberal, bisa saja dipatahkan. Mereka tidak perkasa-perkasa amat. Lihatlah Meikarta yang kehilangan kesaktiannya. Sebab taruhan utama bagi tangan-tangan negara ialah popularitas di mata rakyat pemilih. Manakala popularitasnya diserang dan dirusak, dia akan lebih memilih popularitasnya di mata rakyat pemilih ketimbang hubungan simbiosisnya dengan korporasi. Kecuali korporasi itu sendiri yang bertindak menjadi pemerintah.
Begitulah karakternya pemerintah yang dihasilkan rezim pemilu semi demokratis. Mendua, banci dan tidak punya prinsip. Sehingga saya yakin, lawan utama rakyat yang dasarnya adalah kebajikan, yaitu korporasi yang dasarnya ialah akumulasi kapital dan keinginan serta keserakahan yang tak puas-puasnya. Secara genetik, memang sudah berhadapan secara diametral dengan rakyat. Hanya dengan menundukkan korporasi pada kekuasaan rakyatlah, maka korporasi dapat dikendalikan supaya tidak destruktif.
Di bawah ini kami tampilkan kembali liputan-liputan yang kami dedikasikan untuk membela warga yang sempat tersiksa oleh bejatnya keserakahan.
Ada Desain Jahannam di Balik Penggusuran Warga Tanjung Sari di Luwuk Banggai
~ Syahrul E Dasopang