Internasional

Hasrat NU Jadi Pemain Global Umat Islam, Kunci Memahami NU Zaman Now

Nusantarakini.com, Jakarta –

Heboh kunjungan Kyai Staquf alias Gus Yahya ke Israel baru-baru ini membuahkan suatu hal yang memang ditunggu oleh pemain-pemain kunci di PB NU seperti Kyai Staquf. Yang ditunggu itu ialah perhatian yang luas dan besar dari masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri sehingga dengan demikian Kyai Staquf dan petinggi NU lainnya dapat lebih baik dan leluasa untuk menjelaskan makna aksi kunjungannya sekaligus memberi kendali atas perhatian yang luas itu. Nyatanya itulah yang dilakukan oleh Kyai Staquf.

Memang PB NU yang dipimpin langsung oleh Kyai Agil Siradj datang mengunjungi Dubes Palestina di Jakarta dalam rangka mengklarifikasi kunjungan salah seorang tokoh inti di PB NU tersebut, namun apabila kita baca keterangan resmi mereka tentang tujuan PB NU mendatangi Dubes Palestina tersebut, nyata pulalah bahwa tak ada satu penggal pun kalimat penyesalan atas aksi kunjungan itu. Malahan keterangan resmi itu mempromosikan sejarah dan riwayat pro Palestina yang telah dilakukan oleh NU selama ini. Dengan demikian, PB NU hanya bertujuan untuk meredam keraguan dan keheranan serta kecaman masyarakat Indonesia dan pendukung Palestina semata atas PB NU.

Sebenarnya tidak sulit menangkap riak-riak dari hasrat NU yang ingin bertransformasi dari sekedar ormas keagamaan lokal menjadi representasi umat Islam yang diperhitungkan suaranya di tingkat global. Barangkali NU sudah bosan hanya menjadi pemain lokal dan follower. Dia ingin menjadi  salah satu aktor kunci yang diperhitungkan pendapatnya dalam berurusan dengan konflik dan perdamaian, khususnya yang melibatkan umat Islam di dunia.

Dari lansekap seperti inilah kita dapat mengerti mengapa kyai NU semacam almarhum Gus Dur dan kini Kyai Staquf berani mengambil langkah yang tidak populer bagi sebagian besar umat Islam. Tapi memang langkah itulah yang paling rasional bagi NU jika ingin memperoleh hasratnya yang hendak menjadi pemain kunci dalam soal umat Islam di tingkat global.

Pertama, dia memang harus menyebrangi pakem anti Israel yang sudah ditempuh oleh kelompok-kelompok strategis umat Islam sehingga dengan demikian dia mendapatkan kesempatan untuk mencuat sebagai pilihan dari sebagian aktor politik di tingkat global sepanjang menyangkut urusan umat Islam kontra Israel. Karenanya dia harus terlebih dahulu mengonsolidasikan jamaahnya sendiri agar siap menerima cara baru berurusan dengan isu Palestina vs Israel tersebut. Kedua, dia harus dapat dipercaya oleh Israel sebagai kekuatan alternatif dari sekian kekuatan umat Islam dalam konteks urusan strategi konflik dan perdamaian Israel dengan Palestina.

Pada intinya NU sebagaimana yang diakui dalam wawancara Kyai Staquf dengan DW, memang sama-sama memanfaatkan. Israel tentu bisa memanfaatkan legitimasi NU atas eksistensinya yang keropos di Timur Tengah, sebaliknya NU pun dapat memanfaatkan panggung Israel sebagai kendaraan baginya untuk meroket dalam sorotan internasional. Dia akan dikesankan sebagai suara yang lain yang dapat diharapkan menjadi teman Israel dari Umat Islam dari peta yang berbeda. Dan nyatanya, harian Israel, Haretz, mengakui bahwa Gus Dur sebagai icon NU merupakan teman Israel dari umat Islam.

Sekarang terpulang kepada umat Islam Indonesia sendiri. Atas peran dan aksi Kyai Staquf yang telah menjadi hentakan bagi keadaan politik internasional umat Islam terkait konflik Israel-Palestina, Indonesia secara otomatis dan umat Islam tentunya, telah melangkah masuk menjadi salah satu pemain yang diharapkan dipercaya menjadi penengah atas konflik Israel-Palestina.

Tentu hal ini belum tentu dapat diraih secara langsung. Suara Indonesia hanya akan didengar manakala kapasitas dan kompetensi Indonesia sebagai negara besar dapat mendukung. Mendukung, bilamana kemandirian, kemajuan nasional secara ekonomi, secara teknologi dan politik dapat berjalan dengan teratur dan meningkat. Kalau Indonesia masih terhisap dan tergantung utang luar negeri dan kemiskinan masih tetap menjadi masalah fundamental, maka jangan harap upaya baik Indonesia yang berinisiatif untuk memberi warna dalam kontes global, dapat didengar dan meraih respect dari pemain-pemain internasional semacam Israel Connection. Malahan mungkin inisiatif jujur semacam itu dipandang sebagai lucu-lucuan dan badut bagi mereka yang malang melintang menghisap sumber daya internasional. Tapi jelas, upaya perdamaian dari mana pun datangnya akan tetap dihargai oleh sejarah.

Kenapa? Israel itu sebenarnya bukan negara kecil. Dia adalah negara dengan koneksi global yang sangat mengakar dan kuat. Itulah sebabnya negara-negara Arab hampir dapat dikatakan bertekuk lutut kepada dirinya.

Saya malah ragu, apakah Israel benar-benar membutuhkan perdamaian permanen mengingat industri senjata dan militernya yang memerlukan konflik dan perang guna kelangsungan, pengembangan demi pengembangan militer.

 

 

~ Syahrul E Dasopang, Mantan Ketua Umum PB HMI 2007-2009

 

Terpopuler

To Top