Internasional

Melihat Dinamika Geopolitik dari Poros Israel

Nusantarakini.com, Jakarta –

Salah satu dampak dari polemik kunjungan KH. Yahya C Staquf ialah meleknya banyak orang tentang geopolitik dengan hubungannya dengan Israel. Israel dapat dikatakan sebagai negara yang paling unik dan paling aneh di dunia.

Negara kecil ini benar-benar hidup dalam kondisi menyerempet bahaya yang laten. Dia juga hidup dengan mengandalkan hubungannya yang kuat dengan AS sebagai negara paling berkuasa sekarang ini. Dia sadar, kelangsungannya hanya dapat bertahan manakala dia tetap dalam perlindungan AS dan Inggris tentunya sebagai penandatangan deklarasi Balfour yang menjadi tonggak berdirinya Israel sebagai negara.

Namun di tengah dunia yang makin berubah dan dinamis, apalagi dengan munculnya China sebagai kekuatan penyaing bagi AS di Asia Pasifik, tentu hal ini berdampak bagi kelangsungan Israel di masa depan. Negara-negara musuh Israel telah menjalin kerjasama yang erat dengan China sejak sekarang ini. Iran sebagai pengancam Israel yang paling menonjol, hubungannya dengan China juga sudah lama. Belakangan Arab Saudi juga menanamkan investasi besar-besaran di China guna mengikat hubungan geopolitik dengan China sebagai raksasa baru.

Israel tentu sudah lebih dahulu membangun hubungan yang lebih strategis dengan China. Kepentingannya tentu mengamankan eksistensi dan kelangsungan dirinya yang terjepit di Timur Tengah yang tengah tumbuh dan bergolak.

Sadar akan hal itu, dapat diduga merebaknya pertentangan Sunni vs Syiah hari ini, ditinjau dari sudut kepentingan kelangsungan Israel, hal itu tentu berguna bagi eksistensi Israel. Pecahnya negara-negara Muslim ke dalam blok Sunni dan Syiah, dapat mengurangi ancaman bagi Israel. Setidaknya mengurangi intensitas dan mengalihkan perhatian negara-negara Muslim dari ancaman Israel menjadi ancaman internal: Sunni – Syiah.

Pada umumnya hal ini menguat di Timur Tengah dan mulai merembes ke kawasan Asia Tenggara dan negara-negara yang berpenduduk Muslim. Apakah hal ini didorong oleh jaringan Israel, boleh jadi atau tidak juga. Tergantung sejauh mana rembesan alumni-alumni Timur Tengah ke dalam masyarakat Muslim di negara-negara tersebut.

Hendaknya kita dapat menyadari karakteristik geopolitik Israel dalam peta politik dan ekonomi global. Pertama, Israel merupakan negara lemah dan berada dalam ancaman tetangga-tetangganya. Dengan fakta semacam itu, dia melancarkan strategi pertahanan dengan mengintensifkan dan memaksimalkan setiap sumber daya dan jaringan internasionalnya guna melindungi kelangsungan negara itu.

Tampaknya selama perang skala kecil, berlarut dan terukur yang tidak sampai meruntuhkan negaranya, malahan hal itu bermanfaat bagi Israel guna mengembangkan kapasitas dan kemampuan serta pengaruh dan popularitas negara aneh ini. Dengan alasan ancaman perang dengan tetangga-tetangganya, dia menikmati bantuan militer secara rutin dari Amerika Serikat dan negara-negara yang memiliki jaringan kuat dengan lobi Yahudi. Begitu juga bantuan ekonomi dan keuangan, sehingga secara alamiah Israel memantapkan dirinya sebagai poros dunia dan dinamisator geopolitik saat ini.

Negara-negara Arab dimanipulasi oleh Israel menjadi sumber pemerasan melalui jejaring perusahaan energi, property dan keuangannya. Hotel-hotel dan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negara-negara teluk dapat dikatakan banyak merupakan milik jaringan Yahudi yang bermanfaat bagi kelangsungan Israel. Belum perusahaan-perusahaan penyedia senjata dan perlengkapan militer.

Jadi, Israel dengan cerdas memanfaatkan konfliknya dengan negara-negara di Timur Tengah untuk kelangsungan negaranya dan pengaruh politik dan ekonominya.

Adapun Arab memang terlihat tambun seperti gajah, namun lemah dan malas seperti kuda Nil. Mereka hanya suka berendam dalam kemewahan yang disuplai oleh asing. Hanya Mesir dan Suriah yang sejak awal lebih sadar untuk memaksimalkan kemandirian bangsanya dalam konteks ancaman Israel. Adapun Iran bukanlah negara Arab.

Melihat gambaran semacam itu, Indonesia harusnya dapat mengambil posisi yang tepat dalam konteks geopolitik yang berhubungan dengan kelangsungan dan ancaman bagi Israel. Indonesia dapat masuk memainkan peranan mengingat banyaknya peluang untuk terlibat yang memberi keuntungan bagi Indonesia.

Tetapi memang tidak mudah memainkan peranan jika tidak dipercayai baik oleh Arab maupun Israel. Dalam hal ini, komitmen, kompetensi dan kapasitas Indonesia untuk terlibat ditentukan seberapa masuk akal untuk diterima oleh kedua bangsa yang berseteru itu, tentu tidak mudah. Kecuali jika Indonesia makin strong secara ekonomi, mandiri secara militer, maju secara teknologi, dan kepemimpinan sekuat dan sepopuler Soekarno, mungkin suara Indonesia akan disegani baik oleh Arab maupun Israel.

Karena itu, menjadi masuk akal, perkembangan kapasitas Indonesia di kemudian hari sedikit banyak akan mempengaruhi perdamaian dunia, khususnya perdamaian di Timur Tengah.

Ayo, jaga agar Indonesia maju pesat dan mandiri, supaya perdamaian dunia dan kelangsungan umat manusia dapat diselamatkan.

 

by Rumparsi

 

 

 

Terpopuler

To Top