Nusantarakini.com, Jakarta –
Tulisan ini tidak bermaksud generalisasi, hanya melihat gejala umumnya saja.
Kita mulai dari persepsi orang Arab kepada Indonesia.
(1) Bagi orang Arab, Indonesia hanyalah junior mereka dari segi keislaman, malahan mungkin dianggap anak bawang. Karena itu, orang Indonesia dipandang remeh. Mereka mengambil manfaat dengan Indonesia hanya untuk mengukuhkan superioritas mereka atas Indonesia. Indonesia diperlukan oleh mereka hanya untuk keuntungan mereka saja, baik untuk melawan Israel, maupun pasar haji dan pasar tenaga kerja. Tentu juga jaringan pendukung superioritas Arab atas Indonesia lewat alumni-alumni perguruan tinggi di Arab.
(2) Bagi orang Israel, Indonesia dipandang sejajaran dengan Arab pada umumnya sebagai sumber oposisi terhadap pengaruh Yahudi atas dunia. Karena itu Indonesia tidak penting. Namun sejak Gus Dur muncul, persepsi berubah. Indonesia dapat digunakan untuk mendowngrade kedudukan dan kekuasaan Arab atas umat Islam. Israel mendorong Indonesia supaya muncul menjadi pesaing Arab atas kekuasaan terhadap umat Islam yang dengan demikian lebih menguntungkan Yahudi atau Israel.
Indonesia sendiri sebenarnya mengambil manfaat dengan harapan Yahudi itu supaya lepas dari bayang-bayang supremasi Arab atas umat Islam global. Tentu saja orang Arab benci dengan proyeksi geopolitik semacam ini. Mereka melalui jaringannya berupaya menahan Indonesia agar tetap berada di bawah Arab dengan mengeksploitasi isu Palestina.
(3) Amerika Serikat, sebenarnya punya pengaruh atas munculnya Indonesia sebagai entitas negara lewat renville dan sebelumnya. AS memandang Indonesia sebagai junior yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan Asia Pasifik. Namun sempat diambil oleh blok komunis, walaupun akhirnya diambil kembali oleh AS dengan lahirnya Orde Baru.
(4) China menganggap Indonesia lebih rendah secara peradaban dari mereka. Tapi dibandingkan Arab, China sedikit lebih menghargai Indonesia sebagai suatu entitas yang bisa saling kerjasama geopolitik. Apalagi keberadaan dan keberhasilan China sebagai anggota tetap DK PBB tidak bisa ditepis dari sokongan kuat Indonesia di bawah pemerintahan Soekarno. Soekarnolah yang meyakinkan dunia internasional pentingnya China dimasukkan sebagai anggota tetap DK PBB yang akibatnya prestise China di arena Internasional sejajar dengan AS.
(5) Iran punya persepsi sendiri terhadap Indonesia. Iran melihat potensi Indonesia sebagai sekutu geopolitik sekarang ini mengingat keterkucilannya dalam pergaulan internasional. Ditambah lagi karena sesama Muslim dan punya DNA bangsa yang independen. Karena itu, Iran bagaimana pun berjuang agar Indonesia punya hubungan kuat dengan Iran.
(6). Turki di zaman Erdogan, punya mimpi jadi kasar Islam global. Dia ingin melihat Neo Turki Usmani dapat hadir lagi. Indonesia dapat digunakan sebagai elemen penyokong. Tapi sebetulnya lebih menguntungkan dirinya ketimbang Indonesia sebagai entitas negara dan bangsa yang independen. Tapi Turki terlanjur berhasrat atas mimpi itu. Elemen-elemen di dalam masyarakat Indonesia didorong untuk menyokong mimpi Erdogan tersebut dengan merangsangnya sebagai mimpi bersama umat Islam secara global. PKS tentu paling sedap dimanfaatkan.
(7) Malaysia sebenarnya menyadari sebagai adik Indonesia. Tapi dia adalah adik yang ambisius untuk mewakili umat Islam di Asia Pasifik atau Nusantara–walau tidak semua tokoh Malaysia berpaham seperti itu. Tapi nada itu terhadap Indonesia jelas hidup terus. Dia merasa Indonesian dapat mengancam eksistensinya.
(8) Eropa pada umumnya memandang Indonesia seperti pandangan Amerika kepada Indonesia. Mereka menganggap Indonesia junior yang potensial menjadi sekutu dalam mengembangkan demokrasi, yaitu sebuah sistem dan budaya politik khas Eropa pasca revolusi Prancis. Adapun Belanda, masih berhasrat untuk kembali memiliki Indonesia, tali hasrat itu seperti mimpi tengah hari saja.
(9) Sebenarnya yang paling tepat bagi Indonesia ialah mengintensifkan kerjasama ekonomi dan kebudayaan dengan negara-negara yang memandang Indonesia sebagai inspirator dan Abang yang baik. Negara-negara ini ialah, Kamboja, Vietnam, Maroko, Uzbekistan, Tunisia, Filipina, Kuba, Pakistan, dan tentu saja adik Indonesian paling loyal, Brunei. Kenapa negara-negara ini tidak diprioritaskan untuk dibina menjadi basis ekonomi bersama bagi Indonesia, bingung juga.
(10) Adapun India, merasa dirinya lebih senior dari Indonesia mengingat agama Hindu tumbuh sejak lama di Indonesia. Namun demikian, dia lebih tenang dan hati-hati memasukkan pengaruhnya di banding China.
(11) Australia, tak lebih dari pada Inggris dan Amerika. Mereka kadangkala memandang Indonesia rendah secara peradaban, tapi lain waktu mereka memerlukan pengaruh Indonesia untuk menetralisir China sekaligus memanfaatkan sumber daya alamnya.
Nah, sumber masalah terkendalanya Indonesia menjadi bangsa yang disegani ialah kebijakan ekspor babu. Ini menimbulkan persepsi bahwa Indonesia tak lebih dari pada babu dan budak. Harusnya kebijakan tersebut distop untuk selamanya.
Romo Romeo