Pilkada Morowali: Survei Pesanan Paslon ADAM Dituduh Abal-Abal. Kenapa?

Nusantarakini.com, Palu –

Setelah paslon SAH melakukan survei di bulan lalu, kini giliran paslon ADAM yang menggelar survei elektabilitas di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Survei pesanan ini dilakukan oleh lembaga yang bernama Duta Survei Indonesia. Lembaga yg belum banyak dikenal ini, berasal dari Makassar. Berdasarkan pengamatan redaksi, tim surveyor mereka sudah mulai turun di lapangan sejak seminggu lalu. Berdasarkan temuan redaksi, salah satu lokasi survei adalah di desa Nambo, kecamatan Bungku Timur.

Berdasarkan penelusuran redaksi ke dalam tim ring satu paslon ADAM, survei ini hanya mewawancarai 220 responden yang tersebar di 20 desa. Bila berdasarkan jumlah responden yang hanya 220 orang ini, maka tingkat kesalahan atau margin of error dari survei ini adalah +/- 6.5%. Berdasarkan ilmu statistik, margin error sebanyak ini termasuk sangat besar. Atau bisa dikatagorikan sebagai survei yang tidak valid alias tidak bisa dipercaya alias abal-abal.

Menurut ahli survei, standar margin error yang bisa dikatagorikan valid atau bisa dipercaya adalah survei dengan margin error yang kurang dari 4% dengan tingkat kepeceryaan 95%. Survei yang margin error-nya diatas 6% maka hasilnya dikatagorikan tidak valid alias tidak bisa dipercaya alias abal-abal. Lembaga survei seperti LSI, untuk survei level kabupaten, sering menggunakan margin error 4.5% dengan mewawancarai 440 responden.

Bila data hasil survei sudah dikatagorikan tidak valid maka hasil survei tersebut tidak bisa dipercaya untuk dijadikan rujukan ilmiah. Hasil surveinya hanya akan menjadi sampah ilmiah yang berharga mahal. Hasil survei tidak akan bisa mencerminkan realitas yang sebenarnya. Bila dipaksakan untuk menganalisa realitas sosial maka hasilnya juga akan keliru dan ngawur.

Publik sebenarnya sangat ingin segera mengetahui hasil survei dari tim ADAM ini. Publik ingin tahu paslon mana yang paling disukai masyarakat Morowali saat ini. Namun sayangnya, survei yang dipesan tim ADAM adalah survei abal-abal dengan margin error yang terlalu amat besar.

Yang menjadi pertanyaan mengapa tim ADAM memesan survei yang tidak valid alias abal-abal seperti ini? Apakah tidak ada tim internalnya yang bisa memberikan nasihat yang benar?

Menurut Ramadhan Taha, praktisi survei yang sudah berpengalaman, mengatakan bahwa biasanya ada dua kemungkinan kandidat mau melakukan survei abal-abal. Pertama, harga survei yang ditawarkan sangat murah, jauh di bawah harga pasaran. Dalam situasi yang lagi banyak-banyaknya mengeluarkan dana kampanye, setiap paslon pasti akan tergiur oleh tawaran survei  yang berharga sangat murah. Oleh sebab itu, tanpa berpikir panjang paslon akan menerima tawaran survei abal-abal.

Kemungkinan kedua adalah lembaga survei mengelabui paslon yang tidak paham metode survei demi mengejar untung belaka. Dalam hal ini, lembaga survei tidak secara jujur menjelaskan konsekuensi dari survei yang berharga murah. Lembaga survei tidak menjelaskan bila survei yang hanya menggunakan 220 responden memiliki margin error 6.5%. Dengan margin error sebesar ini maka hasilnya tidak valid. Survei yang tidak valid maka hasilnya tidak bisa dipercaya untuk mencerminkan realitas. Survei yang tidak bisa dipercaya artinya survei abal-abal.

Belum lagi bila ditambah dengan mempertimbangkan non sampling error dari survei. Non sampling error adalah kesalahan  yang dilakukan oleh surveyor di lapangan. Misalnya, wawancara fiktif yang dilakukan surveyor di lapangan. Kuesioner hanya diisi di dalam kamar, surveyor tidak terjun langsung ke masyarakat. Kalau ini yang terjadi, sungguh malang nasib paslon yang sudah mengeluarkan dana puluhan juta rupiah tapi hanya disodori data sampah.

Jadi sebenarnya alasan yang mana yang dipilih oleh tim paslon ADAM sehingga mau melakukan survei abal-abal? Dan kapan rencana tim ADAM mempublikasikan hasil surveinya? Sejauh ini redaksi masih mencari konfirmasi ke pihak internal tim ADAM dan lembaga surveinya. Mohon sabar sebentar.