Nusantarakini.com, Jakarta –
Siapa Armada Hantu? Komunitas intelijen pasti tahu. Pesannya sudah nongol via PW Singer. Armada itu sudah wujud. Makanya saya tak setuju bahwa Prabowo Subianto mengutip Ghos Fleet dicap memalukan oleh cebonger. Di sebelah mananya?
Novel Gosht Fleet memang hebat, luar biasa. Dibuat oleh orang luar biasa pula, PW Singer, dikutip orang-orang hebat pula. Singer saya baca, ialah ahli ilmu politik internasional, ilmuwan terkemuka Amerika, terkenal di dunia intelijen, malah incognito di dunia sastra. Dan content Ghost Fleet, yang ia tulis bersama Agust Cole, realis. Singer telah menulis 4 buku intelijen sebelumnya. Tentu saja buku seperti itu memiliki keterbatasan ruang pesan. Maka ia memilih fiksi sebagai medium.
Banyak hal yang bisa ditangkap dari novel itu, tapi butuh ilmu lebih untuk mencernanya. Jangan pakai fiksi membacanya, coba pakai ilmu semiotika semantiknya Derrida, kan terang benderang. Atau pakai ilmu intelijen. Itu satu.
Kedua, subtansi Ghost Fleet adalah Perang Dunia Ketiga yang pelakonnya adalah Amerika versus Cina + Rusia. Tapi subtansi lakon adalah skenario hegemonik Cina terhadap dunia yang sudah mengganggu Amerika. Sekarang pun sudah begitu. Identifikasi: Cina menginisiasi 3 bank kreditur sebagai lawan 3 bank kreditur Barat. Yaitu Brick, terdiri dari 5 negara Asia dan Afrika, berpusat di Afsel, lalu Broncho Del Sur, 14 negara sosialis Amerika Latin. Terakhir AIIB (Asia Infrastuktur Investment Bank) untuk Asia dengan pionir Cina, India, dan Indonesia, diresmikan 24 Oktober 2015 di Beijing.
Ketiganya untuk menyaingi 3 bank kreditur Barat (World Bank, IMF, ADB). In last minutes, bahkan IMF dan ADB masuk AIIB untuk mengantisipasi jika ekonomi Cina fall, akibatnya, upaya Presiden Cina Xi Jinping untuk menguasai AIIB gagal. Jadi, perang sudah dimulai yang, berbeda dengan tipologi Perang Dingin. Rentangnya hingga tahun 2030 — 13 tahun lagi. Terakhir, Rusia mengumumkan bom supersonik pekan lalu, adalah bom nuklir terkini. Sebelumnya Korut menguji coba bom hidrogennya yang puluhan kali lebih besar daripada bom atom Nagasaki, juga di bawah hegemonik Cina.
Cina lebih jelas, memamerkan program OBOR (One Belt One Road – satu darah, satu jalan) adalah program pembaruan politik jalur sutra yang beralat kebudayaan, telah diubah oleh Xi Jinping menjadi propaganda hegemonik, dimulai dari kooptasi ekonomi, baru politik secara asymetric.
Jika pada Jalur Sutra Indonesia tak masuk, pada OBOR, Indonesia target utama. Cukup reason Ghost Fleet menaruh lakon Cina sebagai penjajah yang bersekutu dengan Rusia dalam skenario. Untuk itu, Amerika butuh Armada Hantu untuk memenangkan perang. Hanya komunitas intelijen tingkat tinggi yang paham apa itu Armada Hantu. Jelas armada itu bukan fiksi.
Ketiga, kekuatan riil yang agresif saat ini hanya tiga negara itu: Amerika (polisi dunia) vs Cina+ Rusia, seperti konflik Suriah, Yaman, Korut, Iran, etc. Bahkan Rohingya. Mereka diametral. Ketiganya adalah warisan masa Perang Dingin, blok Komunis vs Kapitalis. Kedua kubu jelas bertikai, secara proxy dan asymetric war walaupun tameng ideologi ditaruh di belakang. Bukan menghilang, hanya bermetamorfosis.
Selama Orba, dan selama Presiden SBY, polugri Indonesia ke Barat. Zaman Orla ikut blok komunis. Setelah rezim Presiden Jokowi, polugri diubah ke Cina yang oleh Amerika dianggap pengkhianatan. Maklum, naiknya Jokowi ke kursi presiden, berkat bantuan Amerika, dimanfaatkan Cina.
Tahu salah, belakangan dicoba diperbaiki dengan mengamprah Direktur World Bank Sri Mulyani menjadi Menkeu untuk merayu Barat yang ngambek sejak kecaman Presiden Jokowi di Konferensi Asia Afrika di Bandung, 2015, dan untuk berutang. Menurut saya, itu subtansi mengapa dalam novel itu Indonesia telah dijajah Cina. Faktanya memang begitu.
Bagaimana mau menyangkal Ghost Fleet, faktanya 80% sektor keuangan dikuasai Cina, 80% ekonomi nasional juga dikuasai Cina, 74% tanah perkebunan dikuasai Cina, dan tercermin pula pada angka rasio gini yang termuat di “Paradox Indonesia” yang ditulis Prabowo 2017. Secara asymetric war, faktanya Indonesia dikuasai para Tycoon.
Untung Ahok dapat ditumbangkan, yang jelas-jelas proxy Cina. Jika tidak, kian jadi. Statistik Kompas, pada 2009 jumlah orang Cina di Indonesia adalah 7,9 juta. Data sensus 2014, menaik menjadi 14 juta. Diperkirakan terdapat 10 jutaan yang tak terekam data. Dengan itu, Indonesia adalah negara yang paling banyak menampung orang Cina di dunia.
Cerdas Singer, pesannya disampaikan via lenyapnya Indonesia akibat perang Timor, lalu novel itu booming. Tentu saja Singer paham detail lepasnya Timor Leste, peristiwa yang sangat menyakitkan bangsa Indonesia, dan BJ Habibie ditolak untuk menjadi presiden oleh parlemen 1999 karenanya. Orang yang paling sakit adalah Prabowo yang terakhir mengasuh Timur Timor.
Keempat, saya coba ikuti kiat praktikum ilmu intelijen ketika saya menjadi Redaktur di Koran Jayakarta, corongnya ABRI. Jika tak bisa menggunakan cara konvensional untuk menyampaikan info keras intelijen, maka dibuat narasi fiksi adalah cara paling tepat dan paling sering digunakan. Terutama untuk info strategis yang memiliki dampak gawat terhadap sikon yang butuh kamuflase deception operation inteligent.
Pesan dalam bentuk narasi fiksi, tersampaikan dengan utuh kepada pihak-pihak yang seharusnya menerima pesan tersebut. Bisa saja untuk Sekutu, bisa pula dari Sekutu. Singer luar biasa, ia telah menyampaikan pesan intelijen tanpa mengeruhkan air kolam. Ahh, itu fiksi? Apa bedanya dengan bahasa sandi dan metafora. Para kyai juga menggunakan bahasa metafora. Pak Harto juga begitu. Yang pasti, pesan Singer telah tersampaikan ke banyak komunitas intelijen internasional secara utuh dalam bentuk puzzle. Yah, susun sendirilah. [mc]
*Djoko Edhi Abdurrahman (Anggota Komisi Hukum DPR 2004 – 2009, Advokat Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama).