Politik

Hoax Terbaik adalah Versi Penguasa! Bagaimana Mengulitinya?

Nusantarakini.com  —  Rocky Gerung pernah mengatakan di media republika bahwa “pembuat hoax terbaik adalah penguasa,” katanya. Alasannya, penguasa memiliki seluruh peralatan untuk berbohong. Intelijen, kata dia, pemerintah punya, begitupun data statistik dan media. “Tapi itu faktanya. Hanya pemerintah yang mampu berbohong secara sempurna,” kata Rocky.

Gerindra mengatakan hal hal serupa di twitter resminya

 

 

Hoax versi penguasa dengan resource yang besar dan aparat yang lengkap, lebih sulit untuk mendeteksinya sebagai berita bohong, karena juga didukung oleh media-media  dengan reputasi yang terpercaya. Metode untuk mendeteksi hoax yang pada umumnya dipakai oleh banyak orang adalah membandingkan dengan media-media besar, klik sini, untuk metode yang biasa dipakai. Jika ada berita yang bertentangan dengan media-media besar, dianggap berita bohong. Masalahnya bagaimana jika media besar itu melakukan pembohongan.  Tidak harus wartawannya bohong, tetapi sumber berita dan peristiwa  bisa dirancang untuk bohong. Hoax dengan peralatan lengkap semacam itulah yang sulit dideteksi. Bagaimana cara mendeteksinya?

  1. Perhatikan isu-isu yang cenderung ditutup-tutupi oleh penguasa dengan kebohongan. Isu yang cenderung ditutup-tutupi penguasa adalah kesenjangan antara janji kampanye dengan pelaksanaan saat dia berkuasa. Caranya adalah mengubur janji atau memutar balikkan fakta. Cara untuk menguliti kebohongan penguasa adalah dengan mengekspos janji yang telah dilakukan dan membandingkan dengan kebijakan yang sudah dilakukan.  Biasanya dengan cara seperti sudah cukup kok untuk menguliti kebohongan, karena banyak hal yang tidak bisa ditutup-tutupi lagi.  Berikut ini adalah contoh janji presiden Jokowi. Cara semacam ini bisa diterapkan untuk presiden lainnya. Ini salah satu janji :Jokowi Pastikan tolak utang luar negeri ; Memperkuat KPK ;Menghentikan impor daging. Masih banyak janji yang lain.  Silahkan menilai sendiri, apakah Jokowi mewujudkan janjinya.  Kalau saya tidak langsung menilai itu bentuk kebohongan,  harus diselidiki lebih cermat. Mungkin saja dia memang berniat begitu tapi tidak begitu  kemauannya, sehingga ketika  ada kekuatan modal, militer, dan partai yang menghalangi, dia gampang tunduk dan takluk.
  2. Statistik juga sarana kebohongan dan penyesatan, karena itu  hal ini perlu menjadi perhatian. Penyesatan yang sering dilakukan lewat statistik adalah angka kemiskinan. Kenapa hal ini sering penguasa lakukan? Karena penguasa ingin menutupi kegagalannya mengatasi masalah kemiskinan. Caranya adalah dengan menurunkan standar kemiskinan.  Saat ini standar kemiskinan yang dipakai BPS adalah penghasilan Rp. 600.000 bulan.  Walaupun nilai uang menurun, standar kemiskinan tetap aja begitu. Cara lain adalah menambah syarat-syarat miskin. Kalau sebelumnya hanya penghasilan, ditambah dengan keadaan rumah. Orang yang dengan penghasilan 600 ribu tetapi tinggal di rumah berkeramik, tidak lagi termasuk miskin, walaupun keramik sangat murah saat ini. Kriteria tambahan itu akan menurunkan tingkat kemiskinan, walaupun kenyataaan tidak berubah.
  3. Cara ketiga untuk menyesatkan adalah menjanjikan keadilan tetapi parameter-parameter keadilan tidak dipakai.  Parameter untuk pembangunan yang ditonjolkan masih Gross Domestik Produk yang tidak peka dengan ketimpangan. Parameter yang peka dengan keadilan seperti indeks gini dan mobilitas sosial disembunyikan.

Sementara tiga metode itu dulu. Masih ada metode lain, tapi akan kami sampaikan lain waktu.

 

 

Terpopuler

To Top