Nasional

Fuad Adnan: Popularitas Presiden Jokowi Amblas di mata Umat Islam

Nusantarakini.com, Jakarta –

Para pengamat mengungkapkan bahwa popularitas Presiden Jokowi berada pada level terendah sejak dilantik pada 2014. Hal ini akibat banyaknya kebijakan tidak populer yang diambil oleh pemerintah. Salah satunya penerbitan Perppu Ormas yang dianggap berpotensi merampas kebeban dan demokrasi, pembubaran HTI, penutupan telegram, dan UU Pemilu yang menghalangi calon potensial di luar Jokowi.

Selain itu, karena utang yang terus menumpuk, infrasruktur mangkrak, dan tudingan adanya kriminalisasi ulama. Kebijakan menaikkan harga BBM beberapa bulan setelah Jokowi dilantik sebagai presiden, dan tarif listrik naik sampai 100 persen,  juga ikut mendorong tergerusnya popularitas mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

“Akibat semua kebijakannya itu, saat ini popularitas Jokowi jelang Pilpres 2019,  baik melalui  survei di medsos dan media massa terus mengalami penggerusan. Bahkan sudah berada pada level terendah,” kata peneliti senior dari Network for South East Asian Studies (NSEAS), Muchtar Effendi Harahap beberapa waktu lalu.

Menurutnya, Jokowi juga tak mampu meningkatkan kondisi kinerja perekonomian nasional. “Indikatornya, beragam subsidi buat rakyat dicabut dan tingkat pertumbuhan tetap sekitar 5 persen, padahal janji kampanye minimal 8 persen. Utang pemerintah terus meningkat dan mendapat kecaman dari kelas menengah perkotaan,” papar Muchtar.

Muchtar menuturkan, menurunnya popularitasnya Jokowi itu juga disebabkan adanya upaya melakukan  kriminalitas aktivis dan ulama yang anti pemerintah.

Hal senada disampaikan Peneliti Institute For Strategic and Development Studies (ISDS), M. Aminudin, menurutnya,  penetapan harga BBM dan Listrik yang terlalu mahal juga membuat popularitas Jokowi amblas.

Sementara itu, Fuad Adnan dari Masyarakat Harmoni untuk Keadilan (MHK) menyatakan bahwa popularitas Jokowi di mata wong cilik dan umat Islam merosot tajam akibat serangkaian kebijakan pemerintah yang tidak populer, seperti Perppu Ormas, pembubaran HTI, dan harga-harga yang tidak kunjung turun, ditambah kriminalisasi para ulama. Semua faktor di atas menyebabkan Jokowi di mata umat Islam tidak saja tidak populer, malahan lama kelamaan dianggap sebagai musuh.

“Tentu persepsi semacam itu sebenarnya akan merugikan Presiden Jokowi sendiri bilamana dia menginginkan program-programnya dapat berhasil. Kecuali dia tidak berpikir ke arah itu,” ujar Fuad. (grt)

Terpopuler

To Top