Tausiah

Menapak Langkah Mencari Ilmu Hikmah (3)

Nusantarakini.com, Jakarta – 

Alhamdulillah. Beruntung sesampai di Pondok Krapyak saya tidak jatuh sakit. Walaupun sepanjang perjalanan pulang dari Pekalongan ke Yogyakarta, sekitar 6 jam perjalanan, dalam keadaan kedinginan.

Dua minggu kemudian saya kembali lagi ke Pekalongan, dan sampai di rumah Mbah Ahmad pukul 20.00 WIB, malam Jumat. Setelah mandi taubat, saya diajak ke kamar kosong yang tidak begitu terang lampunya (sengaja) dan kain mori (kain kafan) sepanjang dua meter disampaikan. Suasana benar-benar mencekam ketika kami duduk berhadapan di atas kain mari. Saya disuruh membaca syahadat 10x. Disuruh menyebutkan nama-nama nabi dan nama-nama malaikat, rukun iman dan rukun Islam.

Setelah itu baru beliau memberikan wejangan bahwa Ilmu Hikmah itu suci putih seperti kain mori. Kita harus jaga putihnya sampai kita dibungkus dengan kain yang kami duduk.

“Jangan sampai banyak titik noda yang menghiasi, apalagi sampai berubah warna. Artinya jangan banyak berbuat dosa baik besar maupun kecil. Berubah warna artinya berubah keyakinan dan berbuat musyrik dan munafik.
Jangan belajar ilmu Al Hikmah karena orang tidak bisa mukul kamu (tenaga dalam) dan kamu bisa menjatuhkan musuh dalam jarak beberapa meter, jangan karena kebal senjata, kebal santet, ahli mengobati orang.”

Beliau meneruskan wejangan, “Kalau itu yang kamu tentukan maka kamu akan mempersempit tujuan dan bantuan dari Allah. Karena tujuan utama adalah mendekatkan diri dengan bacaan Al Hikmah disertai meninggalkan laranganNya dan menjalankan perintahNya agar kita mendapatkan MA’UNAH (satu keistimewaan yang di berikan oleh Allah pada muslim yang taat). Bila MA’UNAH sudah kita dapatkan maka kita tidak perlu merasakan kesulitan, kesusahan, bahaya dan ketakutan.”

Wejangan beliau benar-benar menggugah hatiku karena tujuan pertama saya belajar Ilmu Al Hikmah adalah agar selamat dari gangguan musuh. Setelah yakin saya sudah memahami isi wejangan tersebut, barulah saya digores (cara transfer energi Al Hikmah sekaligus “pembersihan”).

Pukul 23.30 saya kembali ke Yogyakarta dengan bus malam yang dari Jakarta ke Yogyakarta. Sesampainya di Yogyakarta, amalan Al Hikmah mulai saya laksanakan selama 7 (tujuh) malam berturut-turut dengan waktu yang pas sama. Tidak boleh selisih walaupun 5 (lima) menit.

Sejak itulah Ilmu Hikmah yang saya pegang/amalkan sampai sekarang. Walaupun dalam perjalanan mendalami olmu Al Hikmah, banyak ilmu-ilmu Hikmah yang saya amalkan dengan puasa; diantaranya ilmu kekebalan dari Bapak Supangat daerah Kretek, Bantul. Dengan bacaan, “dzii quwwatin inda dzil arsyil makiin,” yang sampai badan saya jadi kurus kering. [mc]

Bersambung…………..

*Ustadz Abdul Hadi (Lay Fong Fie), Pakar Pengobatan Tradisional dan Ahli Spiritual, Pendiri Perguruan Tenaga Dalam “Hikmah Sejati”, Yogyakarta.

Terpopuler

To Top