Ganti Istilah Muslim dengan “Orang Yang Tunduk”! Supaya Jelas Mana “Yang Membangkang” dan “Mana Yang Tunduk”

Nusantarakini.com, Jakarta –

Salah satu problem bagi orang Indonesia yaitu bagaimana menerjemahkan istilah-istilah Alqur’an dengan bahasa yang tepat dan meresap. Masalah ini timbul, karena bahasa Alqur’an menggunakan bahasa Arab, bukan bahasa Indonesia.

Misalnya, Islam diterjemahkan secara harfiah menjadi berserah diri. Akibatnya, kata berserah diri ini tidak memiliki efek psikologis bagi orang Indonesia pada umumnya. Malahan kesannya fatalis alias murjiah.

Bayangkan jika Muslim diterjemahkan menjadi orang yang berserah diri, jadinya hilang dentuman bahasanya, bukan?

Lain sekali rasa bahasanya jika Islam diterjemahkan dengan kata tunduk. Kata tunduk mengandung pengakuan atas kebesaran yang menundukkan. Begitu juga Muslim diterjemahkan dengan orang yang tunduk, yang asosiasinya ialah orang yang tunduk kepada Allah, jelas rasa bahasanya lebih “nendang” dan meresap ketimbang diartikan dengan orang yang berserah diri.

Ketika disebut orang yang tunduk, maka secara otomatis muncul lawan kata, orang yang membangkang. Tentu yang dimaksud di sini ialah orang yang membangkang kepada Allah.

Orang yang membangkang ini bahasa Arabnya ialah Kafir. Dengan demikian, Muslim – Kafir (yang tunduk dan yang membangkang) logis dan koheren.

Coba bayangkan jika dikontraskan antara “yang berserah diri dan yang bertahan diri”, tentu akibatnya yang bertahan diri menjadi kesan positif. Sedangkan muslim dengan arti yang berserah diri, kesannya fatalis, pasif dan kehilangan daya juang.

Beginilah kalau terjemahan tidak diperbaharui sesuai dinamika alam pikiran zaman suatu masyarakat.

Mungkin, dahulu berserah diri memiliki signifikansi yang positif di zamannya. Tapi sekarang, rasanya perlu pembaharuan arti.

Beberapa ayat Alqur’an di bawah ini mengandung pengertian tentang Islam atau tunduk kepada Allah.

Agama Islam ialah agama ketundukan kepada Allah. Diperankan pertama kali oleh Ibrahim As, sehingga dia disebut sebagai pemula orang-orang yang tunduk kepada Allah.

Dalam QS. Sang Lembu Betina [2] :131-132, Tuhan digambarkan berdialog dengan Ibrahim As:

Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam”. (131). Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (132).

Bagaimanakah gambaran sifat dan perbuatan tunduk kepada Allah itu, ayat berikut memberikan petunjuknya:

“Sungguh shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (QS. Sang Binatang Ternak [6] :162)

Alhasil, sudahkah Anda siap mengganti istilah Muslim dengan Orang Yang Tunduk?

 

~ Kyai Kampung