Nusantarakini.com, Jakarta –
MENAPAK LANGKAH MENUJU ILMU HIKMAH (Lanjutan KISAH SEORANG MU’ALLAF TIONGHOA “MENGETUK PINTU HIDAYAH”)
————————————-
Setelah mendapat kiriman wesel Rp 60 ribu disertai pesan dari bapak angkat K.H. Asyiqin I.A. agar berhemat hanya dengan makan daging sebulan sekali saja. Pertama kali memang terasa berat karena sebelum mondok tiap hari makan pasti harus pakai daging.
Saya turuti pesan beliau. Alhamdulillah lama-lama akhirnya terbiasa juga.
Walaupun hidup agak prihatin, saya merasakan perubahan yang besar pada diriku. Kalau sebelum mondok selalu gelisah, namun setelah beberapa bulan di Pondok hatiku terasa tenang, tenteram penuh rasa damai. Tanpa disadari telah mengikis perasaan yang selalu gelisah.
Akhirnya tanpa terasa 2 (dua) tahun menjadi seorang santri, namun jiwa bisnisku masih tetap menggelora. Ada satu peluang yang luput dari perhatian santri yaitu peluang bisnis kita. Dimana setiap puasa banyak santri Ramadlan yang ngaji di Pondok Al Munawwir Krapyak harus membeli Kitab-kitab, seperti Jurumiyah, Taqrib, Safinatul Najah dan lain-lain di toko buku yang ada di kota Yogyakarta. Kantor pondok tidak menyediakan kitab-kitab tersebut.
Menjelang Ramadlan saya minta tolong bapak Angkat mengirim uang untuk biaya 3 (tiga) bulan sekaligus. Sisa yang 2 (dua) bulan saya pakai untuk kulakan kitab-kitab. Dengan sepeda pinjaman dari Mas Ipin saya menuju toko buku “Hikmah”, yang terletak di samping RS PKU Muhammadiyah Jalan KH. Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Keringat bercucuran tidak saya hiraukan. Yang terbayang adalah saya bisa mengumpulkan uang secara halal. Saya minta diskon 10% dari tiap kitab, dan saya jual lagi di Pondok dengan harga sama. Tidak saya naikkan harganya. Alhamdulillah laris manis. Waktu itu saya cukup dikenal sebagai agen kitab. Sampai-sampai (Alm) K.H. Warson Munawwir (lahumul fatihah…..) tiap buka pengajian kitab, pasti saya yang suplai untuk santri yang mengaji.
Suatu hari ketika saya sedang membeli kitab di TB “Hikmah” mata saya tertuju pada sebuah buku yang berjudul “Pusaka Ilmu Hikmah” karangan Bapak Kurdi Ismail, Warung Asem, Batang, (dekat Pekalongan). Saya lihat isinya bagus dan saya langsung membelinya.
Saya ingin mengamalkan isinya tapi saya takut dan kurang yakin keberhasilannya kalau belum benar-benar dapat restu dari pengarangnya. Waktu itu saya masih belum tahu Warung Asem, Pekalongan itu di mana. Namun tekad ingin bertemu dengan pengarangnya membuat saya nekad, berbekal dengan hasil tabungan keuntungan jualan kitab- kitab di pondok, saya bersiap diri menuju ke Pekalongan. [mrm]
Bersambung……….
*Ustadz Abdul Hadi (Lay Fong Fie), Pakar Pengobatan Tradisional dan Ahli Spiritual, Pendiri Perguruan Tenaga Dalam “Hikmah Sejati”, Yogyakarta.