Internasional

Islam Liberal Jerman. Perempuan Masuk Masjid Harus Lepas Hijab. Mengapa?

Nusantarakini.com, Jakarta –

Telah dibuka Masjid “Liberal” pertama di negeri Jerman baru-baru ini. Sebagaimana dikutip oleh Koran Daily Mail, Pengurus Masjid ini membuka pintu untuk semua kalangan yang berbeda untuk datang ke masjid yaitu kaum perempuan, kaum laki-laki, muslim beraliran Sunni maupun Syiah, bahkan untuk kalangan homoseksual. Namun masjid ini melarang orang yang mengenakan burka – semacam cadar – untuk memasuki masjid.

Masjid ini bernama Masjid Ibn Rushd-Goethe, yang berlokasi di sebuah ruangan di lantai dua sebuah Gedung gereja Protestan di Berlin. Dikatakan bahwa Muslim Sunni dan Syiah akan didorong untuk berdakwah secara bersama-sama di sana, namun perempuan tidak akan diperbolehkan untuk mengenakan hijab.

Pendiri masjid ini, Seyran Ates, adalah aktivis hak-hak perempuan Jerman. Ia telah mengkampanyekan perlunya tempat ibadah progresif untuk kaum Muslim yang semacam ini selama delapan tahun terakhir. Ia mengatakan, “Saya sangat gembira, ini adalah mimpi yang jadi kenyataan. Proyek ini telah lama tertunda”

“Banyak sekali terror atas nama Islam dan kejahatan atas nama agama saya…sangat penting bagi kami sebagai orang Muslim modern dan liberal, untuk menunjukkan muka kami di depan khalayak”, demikian pernyataan Seyran Ates kepada koran Jerman, Der Spiegel.

Ia juga mengatakan bahwa hijab dilarang di dalam masjid, “Tidak seorangpun akan diperbolehkan mengenakan hijab niqab atau burqa karena alasan keamanan dan juga karena kami memiliki keyakinan bahwa cadar itu tak ada kaitan dengan agama, tapi lebih mengarah pada pernyataan politis”.

Saat ini lebih dari 4 juta orang Muslim tinggal di Jerman, mayoritas berasal dari Tuki dan sebagian berasal dari Balkan, Timur Tengah dan Afrika Utara. Mayoritas dari komunitas Muslim in datang ke Jerman pada tahun 1960-an sebagai pekerja yang membantu tumbuhnya pembangunan ekonomi negara ini pasca Perang Dunia II. Setelah proyek pembangunan selesai banyak diantara pekerja itu yang tetap tinggal di Jerman dan membawa keluarga mereka untuk menetap.

Selain dari pada itu, imigran Muslim ke Jerman yang paling baru adalah dari pengungsi dari negara-negara yang dilanda perang seperti Syiria, Irak dan Afganistan. Semenjak tahun 2015 Jerman telah menerima lebih dari 1 juta orang imigran dari negara-negara tersebut.

Selama ini hubungan antara penduduk mayoritas Kristen di Jerman dan para pendatang yang minoritas Muslim ini cukup bermasalah. Penduduk mayoritas mencurigai bahwa minoritas Muslim telah mengancam mereka dengan aksi kekerasan dan teror oleh kelompok ekstrim. Sehingga sehingga sering terjadi penggerebekan, pelarangan dan penangkapan terhadap orang-orang Muslim yang dianggap berhubungan dengan Muslim radikal.

Seyran Ates mengatakan bahwa masjid baru ini akan memberlakukan prinsip liberal dimana setiap orang akan disambut dan diperlakukan setara. Perempuan tak harus mengenakan cadar, perempuan boleh menjadi imam dan dapat menjadi muazin yang mengumandangkan azan seperti halnya laki-laki. Seyran Ates sendiri telah bertindak menjadi imam sholat jumat di masjid ini.

Sumber : dailymail.co.uk

Terpopuler

To Top