Ekonomi

TERBONGKAR! Begini Rahasia Aseng Memainkan Harga Setiap Bulan Puasa, dan Ini Solusinya

Nusantarakini.com, Jakarta –

Sebuah tulisan yang mengungkap secara langsung mengapa harga-harga naik drastis di bulan puasa layak dipertimbangkan. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi dasar yang praktis untuk memecahkan masalah berulang yang sudah menyakiti rakyat Indonesia ini.

Harga di bulan puasa yang naik drastis, bukanlah alamiah, tetapi merupakan rekayasa jahat permaian para monopolis dan penimbun yang bersekongkol. Tekniknya sederhana. Hanya butuh kekuasaan monopoli produksi dan distribusi komoditi dan kekompakan sesama pengambil untung. Lebih rinci cara mereka memainkan harga, diceritakan langsung oleh seorang mantan manager toko swalayan.

***

Inflasi sederhananya adalah kenaikan harga kebutuhan pokok kita sehari-hari. Terutama kebutuhan pokok seperti beras, minyak makan,  gula, terigu, sagu dan lainnya. Istilah lainnya sembak alias sembilan bahan pokok.

Saya berpengalaman menajadi manager mini market 1999 sampai 2003. Sekarang tutup seiring masuknya indomaret dan alfamart.

Saya mempelajari perilaku monopoli orang keturunan china atau disebut orang aseng. Mengapa setiap menjelang lebaran sembako menjadi naik.

Pertama: semua kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya termasuk pakaian dan elektronik hampir semuanya di tangan aseng. Dari hulu sampai hilir. Mereka monopoli. Kita sulit masuk. Dari pabrik sampai distributor di semua kota jaringan mereka yang menguasai. Kita mau masukpun nggak mampu modalnya. Adapaun kami pemilik mini market lokal hanyalah kaki tangan mereka. Tukang mengecer barang mereka supaya sampai ke tangan konsumen. Dengan keuntungan yang sangat tipis antara 2% s.d 10%. Kalau jual harga di atas itu, tentu akan kalah bersaing dengan mini market grup mereka.

Kedua: Cara mereka menciptakan inflasi sebagai berikut. Misalkan, puasa jatuh pada bulan Mei dan Juni. Maka mereka distributor sudah menyetok (menimbun) barang mulai Januari. Bahkan sebelum Januari. Menyetok sebanyak banyaknya. Lalu mulai februari, maret hingga april barang dibuat agak langka. Kita mini market atau warung mau beli dikatakan barang sering kosong. Padahal di gudang menumpuk. Permintaan jadi meningkat. Harga mulai merangkak naik. Semua distributor kompak. Harga sama. Para pemilik toko dan mini market dan warung warung terpaksa mengikuti permainan mereka. Ikut menaikkan harga barang. Terpaksa membeli kepada mereka kalau tidak tidak akan punya barang. Tidak bisa jualan.

Ketiga : Langkah terakhir. Ketika barang sudah naik pada harga puncak, maka mereka keluarkan semua barang dengan harga yg mahal. Yaitu saat bulan puasa dan sampai 2 minggu sampai 2 bulan setelah lebaran. baru setelah itu harga normal kembali.

Keempat: apa tujuan mereka. Yaitu memanfaatkan kaum muslimin yang lugu selama bulan puasa dan Idul Fitri.

Kalau hari biasa keuntungan per kilogram yang mereka peroleh dapat Rp2000, di bulan puasa bisa mencapai Rp10.000 per kilogram. Mereka bisa jual jutaan kilogram selama ramadhan dan idul Fitri dari semua jenis barang dan produk. Berlipat-lipat keuntungan mereka dan mereka tambah kaya. Orang Islam tambah miskin. Mereka sering menyebut kita orang orang bodoh yang bisa dibohong-bohongi setiap ramadhan dan Idul fitri.

Dengan cara menjual barang yang sama dengan modal yang sama tetapi dengan keuntungan berbeda berlipat ganda. Ramadhan memang berkah bagi aseng. Jeblok bagi pribumi Muslim. Tidak ada kata lain, kita harus hentikan ini semua.

 

Solusi

1. Orde Baru punya solusi halus untuk mengontrol harga. Menteri Penerangan Harmoko selalu mengumumkan harga sembako di televisi. Buat apa? Supaya para penimbun barang tidak bisa main-main menaikkan harga di atas patokan harga yang diumumkan pemerintah. Jika berani dan ketahuan, mereka berhadapan dengan pemetintah Orde Baru.

2. Solusi paling ampuh tapi butuh perjuangan, yaitu dengan mempersatukan rakyat sebagai konsumen. Konsumen harus terorganisasi menghadapi aksi licik para penimbun barang tersebut. Jika menaikkan harga, maka produk dan orang yang menimbun barang tersebut didaftar sebagai target boikot dan diboikot selamanya.

3. Mengedukasi masyarakat agar sadar dan dapat mengatasi kelangkaan barang secara sederhana. Misalnya, jika cabe rawit langka, masyarakat digalakkan bertanam cabe konsumsi keluarga di pekarangan, pot-pot dan areal-areal tanah yang tidak termanfaatkan.

4. Membatasi kekuasaan monopolis jaringan para penimbun barang tersebut dengan mendirikan jaringan distribusi yang tidak dipengaruhi para penimbun barang yang sudah beroperasi lama tersebut.

***

Nah, kalau sudah ketahuan titik masalahnya seperti ini, sebenarnya kita tidak perlu analisa ekonom yang rumit-rumit yang malahan tidak jelas solusi praktisnya. Tinggal ditangani saja kelakuan monopolis para penimbun barang tersebut. Beres, bukan? (sed)

Terpopuler

To Top