Nusantarakini.com, Jakarta –
Saya mengamati tingkat pengetahuan seseorang akan ilmu sosial politik dan hukum itu tidak harus hanya berpatokan atau ketergantungan pada latar belakang pendidikannya, terkecuali orang yang memiliki keahlian khusus dan memang memiliki sertifikat ilmu politik dan ilmu hukum baru itu lebih bisa terarah kita perhatikan dan mempelajarinya.
Di situ asal teori ilmu sosial politik dan hukum yang beredar di masyarakat melalui media massa, sosial media dan sebagainya, sebagai masyarakat awam yang cerdas dan bijaksana itu lah yang harus bisa kita cermati.
Selanjutnya yang pantas dan dapat kita perhatikan serta mempelajari tentang pengamatan ilmu sosial politik dan hukum itu adalah dengan mereka para pengamat politik dan pengamat hukum. Karena ilmu sosial politik dan hukum itu tidak hanya sebatas dengan pengetahuan pada umumnya seperti gosip-gosipan yang beredar di masyarakat, gosipan dapat disebut suara opini.
Namun jika kita hanya mengikuti jalannya politik dengan patokan suara-suara opini, dan kita tidak cukup jeli atau teliti maka terkadang sering kali kita akan tersesat dan menyesatkan. Karena sebagian suara opini terkadang sering kali mengandung indikasi atau unsur-unsur yang menyesatkan atau sering di sebut isu hoax dan SARA. Memang isu hoax dan SARA ini bagian dari aktor politik busuk yang sengaja mereka ciptakan atau dibuat untuk kemudian disebarkan ke masyarakat demi sejumlah besar kepentingan pribadi dan kelompoknya, yang pada umumnya berciri-ciri khusus isi bahasa dan kalimatnya seperti berita kebohongan dan sifatnya memutarbalikkan fakta dan kenyataan baik yang terjadi dan yang akan terjadi, inilah yang saya sebut bisa menyesatkan.
Saya sudah punya hasil analisis pengetahuan tentang pengamatan politik dan hukum itu tidak tergantung pada latar belakang pendidikan seseorang, dikarenakan cukup banyak fakta atas kejadian-kejadian orang yang berpendidikan tinggi, tetapi mereka buta akan pengetahuan sosial politik dan hukum, sekali lagi terkecuali mereka yang memang punya latar belakang pendidikan khusus ilmu politik dan hukum.
Selebihnya mau seseorang itu berpendidikan sampai di ujung dunia sekaligus pun dia tidak bisa terjamin dapat memahami pengetahuan akan pengamatan ilmu politik dan hukum, mengapa? Karena pengetahuan pengamatan sosial politik dan hukum itu sangat membutuhkan tiga pemahaman, ditambah satu dukungan pemahaman cukup penting yang selalu saling berkaitan, yakni : anality, faktuality dan solutif. Serta satu pemahaman pendukung dasar dan yang terpenting ini adalah kita harus selalu mencoba untuk mempelajari bagian hukum dan undang-undang pada setiap permasalahan yang sedang atau akan dibahas. Itulah dasar pengetahuan pengamatam ilmu sosial politik dan hukum yang sesungguhnya. Jika tidak berniat untuk memahami atau memang tidak paham maka sebijaknya janganlah terlalu bervokal yang hanya mengandalkan sifat ego atau emosional.
Adapun yang saya sebut aktor politik busuk itu adalah mereka yang sesungguhnya para elite yang sangat cerdas dan memahami betul situasi dan kondisi politik sesungguhnya. Akan tetapi dikarenakan mereka sebagai peserta aktor politisi yang menjalankan mesin politik sebagaimana yang hanya memang bertujuan demi kepetingan pribadi dan kelompoknya, Sehingga apa yang mereka jalankan itu pada umumnya tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan atau yang mereka publikasikan. Hal ini bisa saya ambil penilaian dari hasil tindakkan yang mereka lakukan itu sama sekali tidak ada nilai-nilai membangun bangsa dan negara yang lebih maju dan makmur.
Aktor politik busuk ini tampak jelas sekali pada umumnya hanya menjalankan politik demi mencapai bertambahnya akan kekayaan harta untuk dirinya serta kelompoknya. Kelompok ini saya anggap penjajah yang sedang terus menerus untuk merusak kehidupan bangsa dan negara, sehingga merekalah yang menghilangkan tingkat kesejahteraan kehidupan manusia yang baik di sebuah negara.
Ada lagi sekelompok kecil yang sangat sulit sekali untuk bisa berkembang menjalankan politik di negara, ini yang saya anggap kelompok idealis atau tokoh negarawan. Mengapa mereka bisa kesulitan? Karena mereka ini sesungguhnya memiliki ide, niat, tulus dan ikhlas dalam kesadaran yang sepenuhnya untuk membangun bangsa dan negara yang lebih maju dan lebih makmur. Pada umumnya kelompok ini hanya memiliki dasar nurani kejujuran yang selalu bisa berpihak untuk membela kebenaran dan keadilan.
Untuk itu kesimpulannya dari saya, sudah tampak jelas sekali terjadi suatu kebiasaan aktor politik busuk itu bertujuan untuk mencari keuntungan pribadi dan kelompoknya, ataupun sudah seperti adanya pembajakan di sebuah lingkaran besar politik bernegara oleh beberapa kelompok, yang juga sudah seperti termonopoli oleh mereka.
Oleh karena kebiasaan itu maka saya amati para tokoh politisi idealis atau negarawan yang memiliki kesadaran untuk membangun bangsa dan negara sudah hampir punah. Ada pun terkadang putus perjuangannya di tengah jalan dikarenakan telah ditutup atau dibajak oleh sejumlah aksi politisi busuk dengan kedudukan dan alat tukar yang saya sebut “kedudukan kursi yang mengandung kecocokan nilai dollar di dalamnya”.
Mengapa bisa demikian? Karena dasar awal seseorang jika ingin mendapatkan kursi pejabat yang sebagaimana disebut seorang pemimpin harus mengeluarkan modal uang yang cukup besar, Sehingga setelah duduk di kursi tersebut pastinya harus berusaha mencari keuntungan yang sebanyak banyaknya. Dimana sistem ini sudah sama dengan seseorang atau sekelompok orang yang sedang menjalankan bisnis atau berdagang. Inilah dasar sistem yang sangat merusak kehidupan bangsa dan negara. Sehingga jika hal ini terus menerus dibiarkan terjadi, maka negara dan bangsa pasti hancur lebur berpuluh-puluh bakal berjuta-juta keping jumlahnya.
Solusinya untuk selamat negara dari kehancuran akan saya tulis lagi di waktu akan datang. Dan semoga penulisan dan hasil anlisis saya ini selalu bisa bermanfaat besar untuk NKRI tercinta ini.
Salam untuk semuanya yang sebangsa dan setanah air, salam persahabatan dan perjuangan selalu untuk NKRI tercinta.
*Kan Hiung alias Mr. Kan, pengamat politik dan hukum, tinggal di Jakarta. [mc]