Nusantarakini.com, Jakarta –
Besok 5 Mei, umat Islam demo lagi tentang Ahok. Kali ini bukan lagi soal ancaman bertahtanya Ahok di kursi gubernur. Karena Ahok sudah kalah di Pilkada 2017. Yang menang Anies, pilihan yang cukup lumayan bagi umat Islam.
Tapi demo terus berjalan. Seolah suatu rangkaian panjang dengan isu yang terus dicicil oleh pengusung demo. Demo apa lagi? Demo meminta majelis hakim hukum Ahok minimal 5 tahun penjara. Bukan sesuai tuntutan jaksa, yang minta Ahok hukum 2 tahun penjara. Jelasnya hingga saat ini, Ahok belum dihukum atas ulahnya melukai perasaan umat Islam alias menista agama.
Saat umat Islam bagaikan ikan piranha yang tengah dipancing dengan umpan Ahok, tidak jauh dari Istiqlal, di Cikarang sini, penyokong Ahok terkemuka, Group Lippo mengumumkan proyek raksasanya.
Ialah proyek pembangunan Jakarta alternatif, sebuah kota besar baru alternatif Jakarta yang sudah sesak, namun tetap memanfaatkan sumber daya Jakarta dengan nama kecina-cinaan, Meikarta. Karta-nya mungkin diambil untuk mengingatkan Jakarta, sedangkan Mei-nya, untuk melekatkan dengan aroma Cina. Maklum James Riady si empunya perusahaan adalah orang Cina berwarga negara Indonesia.
Proyek kota raksasa yang mengintegrasikan sumber daya ekonomi Bekasi – Bogor – Jakarta dan Bandung ini menelan kapital Rp278 triliun untuk ukuran saat ini.
Ini membuktikan bahwa di tengah gegap gempitanya umat menyoroti Ahok kasusnya, para kapitalis tancap gas memastikan proyek-proyek pencengkeramannya terhadap daerah-daerah penting.
Belum sirna proyek pulau-pulau reklamasi disoroti, di daratan Bekasi sudah ada pula proyek yang tidak kurang kompleks dan gentingnya.
Demikianlah umat Islam dijadikan permainan mancingnya para kapitalis dan penguasa yang tidak tahu jalan pulang ke akhirat.
Ibarat kata, Ahok diciptakan sebagai umpan agar umat terasuki untuk mengerubungi layaknya ikan-ikan piranha ketemu sekerat daging mentah, lalu digiring ke labirin yang hampir tidak bisa kembali pulang ke pangkal. (sed)