Nusantarakini.com, Jakarta – Trump baru saja dilantik. Naiknya Trump sebagai pemimpin baru Amerika, menandakan peralihan kekuasaan kepada para praktisi kapitalis fundamentalis seperti Trump.
Yang harus dicermati, ternyata Trump telah memiliki kaki tangan bisnis secara pribadi di Indonesia, yaitu Hari Tanoe, seorang yang sangat ambisius dari keturunan Cina non Muslim. Saat ini, selain pebisnis yang agresif, Hari Tanoe juga merupakan pemilik Partai Perindo yang diisi oleh beragam komponen yang mengejar hayalan kekuasaan.
Rezim Jokowi sendiri agaknya lebih memilih rapat dengan Cina di bawah kendali Partai Komunis Cina. Beberapa proyek strategis telah diambil oleh Cina melalui perusahaan-perusahaan kongsi.
Sebagaimana diketahui, Cina juga tidak kalah agresifnya menanamkan cengkeraman ekonomi dan pengaruh politiknya di Indonesia. Tentu semua itu tidak terjadi tanpa melalui kaki-kaki tangan Cina di Indonesia.
Dalam situasi semacam itu, antara terkaman Amerika dengan Sergapan Cina, dimanakah Umat Islam Indonesia mengambil tempat dan peranannya?
Sampai sejauh ini, umat Islam di Indonesia tengah dipaksa oleh rezim Jokowi untuk bergolak dan jauh dari tenang. Tampaknya hal ini disengaja untuk memuluskan serangkaian tujuan-tujuan strategis persekutuan rezim dengan Cina.
Mencermati hal itu, umat Islam melalui pemimpin-pemimpinnya, para kyai dan ulama, harus mengonsolidasikan diri dan membuat blok politik yang kuat untuk menyelamatkan Indonesia, baik dari sergapan Cina yang hari ini makin mendalam maupun terkaman Amerika di bawah rezim Trump yang kaki tangannya sudah terang-terangan diperankan oleh Hari Tanoe.
Bukan suatu kebetulan dan dipandang remeh, mengapa Hari Tanoe memainkan politik juga lewat partai miliknya. Karena bisnis besar dengan Trump yang akan membuka kompleks hotel bintang enam di Lido Bogor maupun di Bali dia sadari harus ditopang dengan alat-alat massa dan politik. (sed)
