Nusantarakini.com, Jakarta – Mari ingat bagaimana posisi SBY saat munculnya figur Jokowi dalam blantika politik nasional. Ingat baik-baik dimana SBY saat pilpres 2014 yang menghadap-hadapkan antara Prabowo vs Jokowi. Ya…SBY pura-pura netral, padahal sebenarnya memainkan peranan untuk memuluskan Jokowi menjadi pengganti dirinya sebagai Presiden. Ingat juga baik-baik betapa hangatnya sambutan SBY saat bertemu Jokowi dalam kapasitasnya sebagai presiden terpilih.
Jadi intinya, SBY ini semisi dengan Jokowi. Tak ada yang aneh bila melihat SBY bermain-main sandiwara tonil di panggung Pilkada DKI saat ini. Demikian pun Jokowi.
Saat bergulir drama Pilkada DKI yang mengharu biru oleh kemunculan putra SBY, ingat baik-baik, haru biru melankolik nan gagah berani perwira penuh pesona, itu…itu…permainan citra khas SBY. Dia juga brojol dalam blantika politik nasional di tahun 2004, sama seperti AHY menggunakan ilusi citra di atas itu. Cuman bagi yang mengikuti gaya SBY, lama-lama muak juga.
Sekarang seolah panggung sandiwara dengan judul "Siapa Membunuh Munir", dimonopoli oleh SBY di satu sisi, dan Jokowi bersama para pendekarnya di sisi yang lain. Kita disuruh nonton film yang skenarionya saja sudah kecium bau busuk sekali. Baunya hendak menutupi aroma semerbak perjuangan melawan Tiran Kutil Ahok sang putra mahkota kaum Konglomerat Cina.
Makanya sandiwara Munir yang dicicil bagai sinetron dengan pemain-pemain lawas seperti SBY, Hendro, Mega dan pendatang baru, Jokowi, menjelaskan siapa mereka dan urusan apa yang mereka upayakan. Mereka itu cuma ingin memadamkan gairah umat Islam yang tengah tergerak untuk membela kehormatan agama gara-gara ulah si Ahok.
SBY, Jokowi, berhentilah menipu diri. Apa kalian nggak capek, ya? Ingat umur, ingat kubur. (sed)