Menjadi Rakyat Jelata Itu Mahal Ternyata!!!

Nusantarakini.com, Jakarta – Di musim berburu suara, seperti pilkada, pilpres, atau pileg, tiba-tiba banyak orang kaya dengan kehidupan mewah berlomba-lomba pengen nyicipin hidupnya kaum melarat.

Sudah jelas hidupnya rakyat jelata itu sakit dan tidak mudah, masih saja mereka memaksakan diri tampil layaknya orang susah.

Ada yang masuk gorong-gorong, nempel ban, ngayuh sepeda, dan makan di warteg. Musti sudah tahu siapa yang kita bicarakan. Siapa lagi kalau bukan raja akting kita tersukses, Jokowi.

Rupanya cerita sukses nyoba hidupnya kaum melarat itu merangsang tokoh-tokoh lainnya. Mana tahu, dengan nyoba sebentar saja hidupnya rakyat jelata, kisah suksesnya Jokowi diperoleh pula olehnya.

Nah…di saat sedang hangat-hangatnya jelang Pilkada DKI, muncullah foto aneh salah seorang calon gubernur naik metromini. Anehnya dimana?

Biasanya orang susah naik metromini berdesak-desakan, cuek dan berkeringat, ini foto kok sendirian begitu? Kesan alamiahnya metromini nggak terlihat sama sekali. Kelihatan sekali yang bersangkutan nggak pernah naik metro mini. Naik BMW terus, sih.

Bukan hanya itu. Kok wajah kelihatan tegang dan nggak nyaman. Mungkin dia menghayalkan betapa susahnya hidup orang susah di DKI. Padahal bagi orang susah di DKI, yang namanya naik metromini, biasa aja. Nggak ada yang spesial.

Makanya jadi orang kaya jangan coba-coba ngerasanin hidupnya orang susah. Mahal, bo.

Bayangin berapa dia harus keluar duit untuk nyewa konsultan, nyewa metromini, bayar fotografer, bayar wartawan, bayar ini itu. Tapi kalau hasilnya hanya pose mengenaskan begitu hanya untuk nyoba rasanya hidup orang susah, yaah…malu-maluin aja, lu. Nggak usahlah nyari akting yang nggak bisa dikuasain. Yang namanya dari orok sudah kaya dan kemudian sepanjang hidup tidak pernah nyeka keringat habis makan oreg di warteg, tiba-tiba nyoba hidup proletar, pasti lu gagal, men.

Seperti halnya hidup mewah dan berkelas, ada seni dan "ilmu"nya, lu kira hidup melarat itu kagak ada seni dan "ilmu"nya? Salah lu. Kalau nggak ada seni dan "ilmu"nya, orang susah dan proletar sudah lama musnah dari dunia ini.

Nasehat kami sikit aja, jangan deh nyoba begaya hidup melarat. Biasa ajalah. Kalau situ memang tak terbiasa, nggak usah dipaksain, deh. Lihat tuh gayanya Susno Duaji, mantan Kabareskrim itu, begaya bak petani lagi nyangkol di sawah. Nggak dapat, men. Coba lihat. Dia nyangkol apa di padi yang sudah besar begitu. Nyangkol mah saat nanam belum dimulai. Maksain bangat, khan?

Kita sih ngerti bangat itu lakon palsu. Masalahnya banyak juga orang-orang terenyeh dengan kepalsuan lakon itu. (sed)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *