Lewat Jarnas Sanak ABW Bengkulu, Ketua Tabut Sampaikan Dukungan Terhadap Anies

NUSANTARAKINI.COM _ Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya akan budaya. Tidak dapat dipungkiri, dengan kekayaan itu, tradisi yang terbentuk akan berbeda dari satu suku ke suku lainnya.

Salah satunya adalah tradisi Tabut. Munculnya tradisi ini tidak lepas dari peristiwa gugurnya Al Husain dalam perang timpang antara Al Husain melawan pasukan Yazid bin Ubaidillah yang dipimpin oleh Ubaidillah bin Ziyad.

Dalam sejarah Islam tercatat, peristiwa ini sebagai salah satu peristiwa paling kelam yang dikenal dengan peristiwa Karbala. Peristiwa ini merupakan puncak dari rangkaian peristiwa yang menggambarkan betapa tidak kondusifnya kondisi sosial politik umat Islam pasca wafatnya Muawiyah sebagai khalifah.

Dalam jurnal, “The History and Values of Tolerance in Tabot Traditional Ceremony in Bengkulu Society” disebutkan, berdasarkan sejarahnya, tradisi Tabut berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam di Bengkulu. Tradisi Tabut berasal dari Imam Maulana Irsyad dari Punjab, yang kemudian membawanya ke daerah-daerah yang dikunjungi oleh orang Arab dengan penyebaran Islam ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Bengkulu.

Sebelum tiba di Bengkulu, orang India telah menetap di Aceh, tetapi tidak mendapat tanggapan, sehingga mereka meninggalkan Aceh dan mendarat di Bengkulu pada abad ke-8. Selanjutnya, tradisi ini dikembangkan oleh seorang ulama Islam Syiah dari selatan India bernama Syekh Burhanuddin yang kemudian lebih dikenal sebagai Imam Senggolo, yaitu pada abad ke-18. Dia adalah orang pertama yang memperkenalkan tata cara upacara Tabut ke masyarakat Bengkulu secara luas, yang selanjutnya diwariskan kepada keturunannya yang berasimilasi dengan orang Bengkulu.

Namun, dalam perkembangannya, aktivitas Tabut kemudian menghilang di banyak tempat. Saat ini, hanya ada dua tempat yang melaksanakan upacara ini, yaitu Bengkulu dan Pariaman, Sumatera Barat, yang menyebutnya dengan Tabuik. (Rochmiatun, 2017).

Jurnal itu juga mengungkapkan, nilai-nilai perilaku toleransi terkandung dalam kegiatan festival Tabut di kota Bengkulu sangat beragam, mulai dari perbedaan suku, budaya hingga perbedaan agama. Hal itu dibuktikan dengan fakta bahwa Festival Tabut terbuka untuk publik, sehingga semua orang dapat mengikutinya dan tidak tertuju pada agama, suku atau budaya tertentu, tetapi merangkul semua perbedaan. Tabut bukan hanya kegiatan keagamaan, tetapi juga diharapkan dapat mengurangi perpecahan, masyarakat dan bahkan non-Muslim di kota Bengkulu.

Pada Kamis (19/1/2023), Ketua Jaringan Nasional (Jarnas) Sanak ABW Provinsi Bengkulu, Epita Darnela diundang oleh Ketua Keluarga Kerukunan Tabut Bencoolen, Ir. Achmad Syiafril SY di salah satu kafe di Bengkulu.

Epita menyampaikan, keluarga Tabut merasa kecewa dengan pemerintah dan menyatakan dukungannya terhadap Anies Baswedan untuk menuju perubahan agar Indonesia lebih baik.

“Mereka tahu saya Ketua Jarnas Sanak ABW Provinsi Bengkulu, jadi mereka minta tolong agar aspirasinya disampaikan. Lalu, saya bilang kalau ingin perubahan, kita harus berjuang bersama-sama,” katanya pada Sabtu (21/1/2023).

Kekecewaan itu terlebih lagi setelah Festival Tabut dijadikan agenda internasional. Sementara, Festival Tabut sendiri dilaksanakan pada 10 Muharam setiap tahunnya.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menghadiri perayaan Festival Tabut 2022. Sandi berencana menjadikan Festival Tabut untuk masuk dalam Kalender Internasional 2023.

Masuknya Festival Tabut menjadi Kalender Internasional karena Tabut mempunyai nilai karakteristik dari budaya, seni, tradisi dan lainnya. Selain itu juga, Festival Tabut dinilai memiliki parameter sisi substansi, kelembagaan pengelola, efek berganda (multiplier effect) ke masyarakat serta kandungan nilai budayanya kompleks dan tinggi.

Rencananya, Festival Tabut 2023 akan dikolaborasikan dengan beberapa negara tetangga untuk membantu mengenalkan Festival Tabut.

Epita menambahkan, Achmad Syiafril telah menjadi Ketua Keluarga Tabut sudah 30 tahun.

Diungkapkan, banyak nilai-nilai Tabut sudah diubah, terutama budaya Bengkulu yang ada di dalam Festival Tabut.

“Keluarga Tabut cukup besar di Bengkulu, sehingga suaranya akan sangat berpengaruh nantinya di Pilpres 2024,” jelasnya.