Commisioning Dharma Jaya Jakarta Indonesia, Salman Dianda Anwar tampil sebagai salah panelis dalam kegiatan Tour Summit pertama European Blockchain Hub ke-20 negara Asia dan Eropa. Tema yang diusung agenda ini adalah “Asia – European Blockchain HUB (A – EBH);  For Sustainable Development Goals, 20th Country Tour Summit 2018/2019, Jakarta.”

“Alhamdulillah, saya berkesempatan menjadi salah satu panelis pada acara Tour Summit pertama European Blockchain Hub ke-20 negara Asia dan Eropa, dimana Indonesia menjadi negara kunjungan perdana, dan acara itu bertempat di Harris Vertu Harmoni Jakarta Pusat, Selasa, 11 September 2018,” tutur Salman dalam dalam keterangannya kepada Nusantarakini.com, Jakarta (17/9/2018).

Hadir sebagai pembicara antara lain Blaz Golob President & CEO EBH (Slovenia), Dr. Arief Satria (Rektor IPB Bogor Indonesia) didampingi Prof. Dr. Ir. Yandra Arkeman (Pakar Blockchain Indonesia/IPB), Rex Yeap Founding Member EBH (Malaysia), Eddy Virgo (Chairman Asia – Europe Blockchain Hub asal Indonesia), H. Mahfud Malik (Founding Member Indonesian Digital Economic Committee – Komite Ekonomi Digital Indonesia), Arief Goentoro (Kadiv Pegadaian -Persero), Adit Mokoginta (CEO BIIDO), Michael (CEO WOS Bigdata), Scott P. Goss (Marketing Director of Europe EUNEX asal Amerika, merupakan salah satu perusahaan Chryptogarante terbesar di dunia).

“Sharing, menambah wawasan dan persahabatan dengan para pakar di bidangnya sambil membayangkan revolusi sektor digital technology saat ini dan ke depan yang tentu kita harapkan memperbaiki tata kelola berbagai segi kehidupan di dunia (negara, bisnis, produksi, distribusi, pangan, dan lain-lain) yang lebih merata dan berkeadilan,” terang jebolan Fakultas Pertanian UGM ini.

Lebih lanjut Salman menjelaskan, isu penting dan menarik, seperti soal integrasi, transparansi, akurasi, data yang update dan kredibel yang diharapkan memudahkan bagi kehidupan manusia yang semakin kompleks dan tersebar di berbagai belahan dunia yang jumlahnya terus bertambah.

Blockchain ini dapat menjadi solusi bagi penata kelolaan rantai pasok dan supply chain pangan kita yang dapat kita katakan belum terkelola dengan baik dari hulu ke hilir,” urainya.

“Demikian halnya data yang tidak akurat/presisi antar-lembaga sering berbeda, misalnya, data yang dirilis Kementan versus Kemendag, demikian juga data BPS, Bulog dan asosiasi terkait” tambah Salman.

Mantan Aktivis kelahiran Polewali Mandar ini yakin bahwa kehadiran blockchain membuat data akurat bahkan real time, dapat ditelusuri asal-muasal, akuntabilitas dan transparan.

“Sehingga dengan adanya blockchain ini tentu akan meningkatkan efisiensi sehingga stakeholder mendapatkan pelayanan, mutu, ketepatan dan kepuasan,” pungkas mantan Sekjen ISMPI menutup keterangannya. [mc]