Nusantarakini.com, Jakarta –
Yang menyambut secara meriah Raja Salman dan rombongan ada dua golongan. Golongan pertama, golongan yang tulus. Tulus karena kunjungan Raja Salman dan rombongannya menunjang moral bagi golongan ini.
Golongan pertama ini adalah mereka yang berdemo anti Cina dan konglomerat cukong dalam kemasan Aksi Bela Islam yang monumental itu.
Golongan ini bercampur dengan masyarakat di sepanjang jalan menuju bandara Halim Perdanakusuma dan sekujur jalan di Bogor menuju istana Bogor.
Kedatangan Raja Salman mereka pandang membela mereka dari penghinaan material dari Cina dan cukong. Golongan pertama ini selama ini dianggap miskin dan tidak berdaya secara kapital. Kedatangan Raja yang seagama menghantam superioritas kapital lawan politik mereka yang berbasiskan RRC dan cukong.
Golongan kedua tak kalah meriahnta menyambut Raja Salman. Meriah, tapi sebenarnya tidak tulus. Mereka hanya mengharapkan kapital dan imbas ekonomi dari Raja Salman saja. Jadi fokus mereka adalah duitnya Raja Salman.
Bisa dibuktikan, jika Raja Salman tidak datang bawa duit dan imbas ekonomi, golongan kedua ini akan menyambut secara dingin–kalau bukan mengejek.
Namun yang sial adalah golongan yang pertama tadi. Kemeriahan sambutan mereka diklaim sebagai milik golongan yang kedua. Golongan yang kedua ini tiba-tiba jadi manis dan mengesankan diri segolongan dengan golongan yang pertama. Karena sebetulnya, golongan yang kedua inilah yang siap sedia mengambil kesempatan ekonomis dari kunjungan Raja Salman dan rombongannya.
Karena itu disarankan kepada investor dan bisnisman Arab Saudi harus pandai-pandai mencari partner bisnis yang tepat dalam rangka menindaklanjuti MoU-MoU yang sudah ditandatangani. Jangan sampai golongan yang pertama dijadikan mitra. Sebab bikin bumerang di kemudian hari. Dan mencuatlah kesan Indonesia mata duitan. (sdg)
