Nusantarakini.com, Jakarta – Situasi opresif makin terasa bagi umat Islam belakangan ini. Situasi seperti ini sebenarnya menjadi berkah terselubung jika pimpinan umat mampu menanganinya demi keuntungan umat Islam.
Pertama, situasi opresif dapat merangsang terbentuknya militansi bagi kader-kader baru umat Islam.
Seperti yang diketahui, umat Islam telah lama tertidur dan tidak banyak menyadari perkembangan lingkungan ekonomi dan politik di luar diri mereka. Suara umat banyak dimanfaatkan oleh partai-partai sekuler. Tatkala umat Islam ditimpa tekanan seperti sekarang ini, partai-partai tersebut hanya bungkam dan tidak bertindak sama sekali. Padahal suara umat telah mereka nikmati dalam bentuk kursi-kursi legislatif dan eksekutif.
Sekarang ini dengan hadirnya situasi opresif dapat digunakan untuk melatih militansi para kader baru umat Islam. Kader-kader baru itu dapat melatih mental dan otak untuk mengatasi tekanan yang menargetkan umat sehingga diharapkan timbul generasi pemimpin umat yang baru.
Kedua, semakin kuat tekanan, semakin jelas musuh yang dihadapi umat. Musuh yang semakin jelas harus dimanfaatkan untuk mempercepat persatuan umat dan membelah para tokoh hipokrit yang memanfaatkan umat selama ini. Opresif akan membuat tokoh-tokoh hipokrit di dalam umat untuk keluar dari persembunyiannya dan secara terpaksa menampakkan jati dirinya. Dan inilah yang terjadi pada salah seorang yang dipandang tokoh umat selama ini.
Dalam situasi opresif dan krisis, maka yang muncul sebagai pimpinan umat secara otomatis adalah mereka yang berani dan benar dalam sikap dan tindakannya. Sedangkan yang pengecut dan hipokrit, akan tergiring ke belakang dan ditinggalkan massa.
Jadi, umat ada benarnya tengah memerlukan situasi opresif dalam batas-batas tertentu hari ini guna melatih otot-otor gerakan mereka dan juga melatih mental psikologis mereka. Maka jangan takut dengan opresifnya rezim.
*Syahrul Efendi Dasopang, Penulis buku Mengapa Gerakan Islam Gagal