Dari Perang Dagang ke Fort Knox Virtual: Trump, Raja Gila, dan Mata Uang Rakyat

“Bukan hanya mengguncang dunia dengan tarif. Kini dia menyerah pada Bitcoin. Amerika sedang melepaskan diri dari dominasinya sendiri—atau justru kehilangan kendali?”
Nusantarakini.com, Jakarta –
Donald Trump memang seperti itu. Sulit diprediksi. Kadang bertindak seperti jenius. Kadang seperti orang yang tak sadar sedang menghancurkan sesuatu yang dia bangun sendiri.
Dulu, ia memulai perang dagang. Dunia gemetar. Ekonomi global bergejolak. Saham di Wall Street naik turun seperti roller coaster. Paul Krugman, ekonom peraih Nobel, bahkan menyebutnya sebagai Mad King (Raja Gila) bukan lagi soal salah benar tak ada lagi standar untuk menilai ini Raja Mabuk.
Tapi kini, ia justru melakukan sesuatu yang lebih mengejutkan lagi dengan
Trump telah membuka pintu bagi Bitcoin.
Fort Knox, yang dulu menjadi benteng emas Amerika, kini berubah menjadi Fort Knox Virtual—penyimpanan cadangan Bitcoin.
Yang dulu dianggap sebagai ancaman, kini dijadikan senjata. Yang dulu dianggap sebagai musuh, kini dirangkul.
Amerika telah menyerah pada mata uang rakyat.
Dari Perang Dagang ke Perang Uang Digital
Dulu Trump percaya bahwa ia bisa membuat Amerika lebih kuat dengan menaikkan tarif. Bahwa dengan menekan Tiongkok, Kanada, dan Uni Eropa, Amerika bisa kembali berjaya.
Tapi itu ilusi.
Tarif yang ia terapkan justru membuat sekutu Amerika berbalik melawan. Mereka membalas dengan menaikkan tarif untuk produk-produk Amerika.
Kanada mengancam menaikkan harga listrik ke Minnesota. Uni Eropa mulai mencari pasar baru. Tiongkok? Justru makin agresif membangun sistem keuangannya sendiri.
Dolar yang selama ini menjadi senjata utama Amerika di dunia mulai digoyang.
Dunia mulai sadar: mereka bisa hidup tanpa Dolar.
Maka muncullah Bitcoin.
Awalnya dianggap mainan. Lalu dianggap ancaman. Kini, bahkan Trump pun tak bisa menolaknya.
Ketika Dolar Mulai Tumbang
Bitcoin adalah perlawanan pertama terhadap mata uang fiat.
Sejak Nixon mencabut standar emas, Amerika bebas mencetak uang sesuka hati. Dengan itu, mereka menguasai dunia.
Tapi dengan Bitcoin, semuanya berubah.
Bitcoin tidak bisa dicetak sesuka hati. Tidak bisa dikendalikan oleh Federal Reserve. Tidak bisa dipolitisasi seperti Dolar.
Dan itulah yang membuat Trump akhirnya menyerah.
Ia tahu, jika ia terus menolak, Amerika justru akan ditinggalkan.
Maka ia putuskan: Bitcoin menjadi bagian dari cadangan strategis Amerika.
Wall Street geger.
Bank sentral dunia panik.
IMF mulai gelisah.
Karena ini bukan sekadar langkah biasa. Ini adalah tanda bahwa Amerika sedang kehilangan dominasinya.
Dunia dalam Fase Baru: Mata Uang Rakyat Menggugat
Jika Amerika bisa menerima Bitcoin, bagaimana dengan dunia?
Jika Amerika sudah tak bisa mengandalkan Dolar sepenuhnya, apa yang akan dilakukan negara lain?
Mungkin ini saatnya komunitas menciptakan mata uangnya sendiri.
Mata uang komunitas Islam.
Bukan Rupiah.
Bukan Riyal.
Bukan sekadar Dinar emas yang tinggal sejarah.
Tapi sebuah sistem keuangan baru. Mata uang digital berbasis emas. Yang tidak bisa dicetak seenaknya. Yang tidak bisa dimainkan oleh bank sentral mana pun.
Jika dua miliar umat Islam bersepakat untuk menciptakan mata uang digital mereka sendiri, maka:
– Bank Dunia akan panik.
– IMF akan kehilangan kendalinya.
– Sistem keuangan global akan runtuh, dan digantikan oleh sesuatu yang lebih adil.
Bitcoin sudah membuktikan bahwa dunia bisa memiliki mata uang tanpa bank sentral.
Sekarang, giliran komunitas dunia islam mestinya melihat peluang untuk menciptakan sistem keuanganya sendiri.
Dan dunia pun mulai bertanya:
Apakah ini strategi Amerika untuk tetap berkuasa?
Atau justru awal dari kejatuhannya?
Hanya waktu yang bisa menjawab. [mc]
*Catatan Agus M Maksum dari Pinggir Dunia terhadap Gejolak GeoEkonomi Dunia.
Sunber: https://aidigital.id/berita?id_item=904
