Nusantarakini.com, Jakarta –
Fenomena meningkat dan meluasnya gaya hidup religius di Indonesia hari-hari ini bukanlah tanpa sebab. Sepanjang 90-awal hingga dewasa ini, semarak dan populernya gaya hidup religius menembus tidak hanya kaum urban dengan latar santri, tapi juga merembes kepada kelompok sosial awam terhadap agama.
Ada satu faktor penting melandasi fenomena ini, yaitu psikologis manusia yang mendambakan hidup tenang, mantap dan sejuk.
Setelah sebelumnya masyarakat hidup dalam tekanan modernisasi yang sangat kompetitif dan keras, orang menengok kembali kepada kehidupan yang tenang, sejuk, mantap dan religius.
Jadi bilamana dewasa ini semarak hidup sarat agama, itu tak bisa dilepaskan oleh hasil suasana yang diperoleh masyarakat akibat westernisasi yang berlangsung sejak Indonesia merdeka. Kini orang bertanya kembali: hidup macam apakah sebetulnya yang sejatinya kami cari? Mereka tak mendapatkannya pada tatanan hidup yang hadir dewasa ini yang telah diciptakan oleh westernisasi.
Begitulah kodratnya masyarakat, senantiasa mencari suasana yang lebih baik bagi kehidupan mereka.
Maka tidaklah mengagetkan bilamana ikon-ikon populer seperti Teuku Wisnu, Primus, Jihan Fahira, Untung, sekedar sebagai contoh, muncul dengan warna kepribadian baru yang religius. Mereka mewakili jutaan profil manusia westernized Indonesia yang kini kembali mencari akar religius mereka guna keamanan dan kemantapan jiwa di tengah tekanan westernisasi yang tak kunjung reda.
Di saat mereka mencari akar dan mengubah gaya hidup mereka, di saat itu mereka tengah mempersenjatai diri untuk dapat bertahan hidup dalam kesejukan dan ketenangan religius yang tak mereka dapatkan dalam kehidupan mereka sebelumnya yang westernized.
Sebenarnya tidak tepat disebut fenomena mereka, hijrah, walaupun makin ke sini istilah ini makin tenar. Lebih tepat dikatakan sebagai berubah lebih religius. Di sini agama atau religi berfungsi dengan baik memfasilitasi manusia untuk menemukan titik aman fsikologis mereka dalam menghadapi hidup harian yang memang acap tidak memberikan rasa aman lahir batin.
Manusia urban, terutama, sangat terdampak dari westernisasi yang berlangsung massif. Sebagai masyarakat timur yang tidak mengalami periode sejarah revolusi industri dan revolusi sosial seperti yang terjadi di Eropa, tentu westernisasi menimbulkan reaksi berbeda di timur. Sebagian ada yang mengafirmasi secara penuh, tapi sebagian lagi ada yang menolak, yang lain berada dalam kebimbangan.
Setelah sekian lama proses westernisasi itu berlangsung, orang merasa berada dalam ketidakamanan psikologis. Lantas orang pun mencari pegangan, dan mereka mendapatkannya pada agama. Agama telah menyelamatkan jiwa-jiwa yang gersang dan kehausan, jiwa-jiwa kita semua.
~ Syahrul E Dasopang