Nusantarakini.com Jakarta
Ustadz Zainal Arifin Thoha (1972-2007) berumur pendek 35 tahun tapi meninggalkan kenangan dan warisan ilmu yang berkelanjutan. Murid-murid dan teman-temannya memperingatil setiap tahun sejak kepergiannya sebagai bentuk peringatan akan jasa-jasa mulianya terutama dalam melestarikan budaya baca tulis. Sementara itu khaul itu bukan kebiasaan mahasiswa. Murid-murid yang pernah berguru pada beliau adalah Gugun El-Guyani, Muhammadun As, Muhidin M. Dahlan. Joni Ariadinata, Ahmad Mukhlis Amrin, Salman Rusydie Anwar, M. Yunus BS, A. Yusrianto, dan Bernando J. Sujibto.
Ya. Murid-muridnya mengenalnya sebagai guru penulis. Dia membimbing mahasiswa untuk menjadi penulis di media massa. “Kalau engkau bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.” (Zaenal Arifin Thoha, Aku Menulis Maka Aku Ada, Kutub, 2005). Saat siang, rumahnya menjadi tempat kursus menulis. Anehnya, beliau masih sempat menulis dengan produktif. Padahal malam hari, juga banyak tamu berdatangan.
Bukan hanya mengajarkan untuk menulis, Almarhum juga mengajarkan kitab-kitab klasik, majelis dzikir, shawalat, barzanji, diskusi masalah sosial kemasyarakatan, dan menjalani profesi dengan totalitas.
Gus Zaenal Zainal telah sukses mengabadikan pemikirannnya dalam banyak karya, Diantaranya, dalam bentuk antologi puisi, Ketakutan, Musium, Sendyakala, Risalah badai, Rumpun Bambu, Tamansari, Embun Tajalli, Sembilan Penyair Muda Indonesia, antologi puisi tunggal, Air Mata Hati, Harakat Pertemuan, Buku umum, Membangun Budaya Kerakyatan : Kepemimpinan Gus Dur dan Gerakan Sosial NU, Kenyelenehan Gus Dur, Gugatan Kaum Muda NU dan Tantangan Kebudayaan, Runtuhnya Singgasana Kiai, NU, Pesantren dan Kekuasaan, Pencarian Tak Kunjung Usai, Jagadnya Gus Dur, Demokrasi, Kemanusiaan dan Pribumisasi Islam, Korupsi dalam Perspektif Agama-agama:Panduan untuk Pemuka Umat, Dibalik Bencana-bencana, 3M: Muda Muslim Mandiri, 3B: Berusaha Berhasil Barakah, terjemahan, Jiwa-jiwa Auliya’, Mengenal cinta menangkal bahaya, Nasehat penting bagi para pelajar dari Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, Atas Segala Rahasia, Orang-orang Ruhani, dan lain-lain.
Yang mengesankan dari Ustadz Zainal Arifin Thoha, Allahumma yarham, adalah keramahannya. Tamunya diperlakukan seolah-olah orang penting, tanpa melihat pangkat dan kekayaan. Tamunya sering diajak makan terlebih dahulu. Dan beliau dengan sabar mendengarkan persoalan pribadi yang disampaikan kepada beliau. Hadits Nabi ‘la yu’minu ahadukum hatta yuhibba li akhihi ma yuhibba linafsihi’, tidak dibilang sempurna iman seseorang dari kamu semua, sebelum ia mampu mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri, betul-betul dipraktekkan dalam kehidupannya.
Dakwah Zainal Arifin Thoha dalam Perspektif Pemasaran
Dalam perspektif pemasaran, untuk mempengaruhi bukan hanya lewat promosi, tetapi dengan memperbaiki produk. Mas Zainal Arifin Thoha memadukan dakwah dengan pelatihan menulis. Dengan demikian, orang yang datang berkunjung ke mas Zainal tidak hanya mendapatkan ceramah kutipan ayat dan hadis, tetapi mendapatkan manfaat berupa meningkatnya kemampuan menulis mereka. Selain itu Mas Zainal juga mendorong muridnya untuk menulis untuk media massa dan mendapatkan honor dari situ. Dengan begitu manfaat bagi orang yang mendengarkan dakwahnya.
Ajaran-ajaran Ustadz Zainal bukan hal baru, yaitu sabar, syukur, baik sama orang. Yang baru adalah penambahan, dalam istilah pemasaran, benefit. Manfaatnya bertambah dengan memberikan motivasi dan kemampuan menulis itu.
Dari sisi pemasaran, Ustadz zainal melakukan pemilihan target market, yaitu mahasiswa, untuk beliau bimbing. Dengan pemilihan pelatihan penulisan, otomatis hanya mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti kegiatannya.
Akan lain halnya jika Ustadz Zainal hanya mengajarkan ayat, hadist dan kitab klasik saja, tanpa pelatihan penulisan. Dia harus bersaing dengan kiai lain. Ups, sudut pandang pemasaran saya kelewatan. Sesama dai bukan pesaing, ya.
Satu lagi, manfaat lain yang dia tawarkan adalah keindahan dengan berpuisi. Jadi ketika beliau berdakwah tidak hanya lewat kata-kata tetapi juga menawarkan peningkatan pengalaman keindahan, kemampuan menulis, dan peluang penghasilan, maka bagi sebagian mahasiswa, itu adalah penawaran yang tidak bisa ditolak.
Satu lagi, berapa harga untuk biaya pelatihan penulisan beliau. Gratis. Malah beliau sering traktir. Semakin luar biasa penawarannya. Semoga Allah membalas amal kebaikannya. Target pasarnya mahasiswa yang tidak mampu.
Inilah bedanya agama dan komersil. Komersil pasti pilih pasar potensial dalam daya belinya. Bukan memilih pasar yang kurang berdaya beli.