Belajar dari Pengalaman pergeseran dari Selling ke Marketing
Tulisan ini akan membahas dakwah dengan pendekatan pemasaran. Ada wawasan dari pemasaran yang bisa membantu dakwah.
Dakwah adalah kegiatan mengajak orang untuk beriman dan taat kepada Allah, sesuai garis aqidah, syariat, dan akhlak Islam. Tujuannya, orang dengan suka rela beriman dan taat.
Dakwah bisa dilakukan lewat dua hal, pertama bil lisan dan bil hal. Bil lisan, itu dengan kata-kata. Bil hal itu dakwah dengan perbuatan.
Mungkin karena dakwah dakwah dengan kata-kata lebih mudah dikenali, maka orang sering mengidentikkan dakwah sebagai bil lisan saja, dan kurang menyadari dakwah bil hal.
Dalam pemasaran, dakwah bil lisan identik dengan kegiatan selling, atau upaya seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar membeli.
Persamaan dakwah bil lisan dan personal selling adalah perubahan perilaku.
Ilmu dakwah mengalami perkembangan. Dengan teladan Nabi muhammad, dakwah dilakukan dengan cara santun dan memperhatikan dengan siapa da’i berbicara. “Maka rahmat dari Allah lah kamu harus berlaku lemah lembut. Jika kamu berlaku keras dan kasar, maka mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu” (Q.S Ali Imron/3:159) QS Ibrahim : 4 yang artinya “Dan Kami tidak akan mengutus seorang Rasulpun melainkan karena sesuai dengan bahasa kaumnya.” Bahasa bukan hanya berarti bahasa seperti inggris, arab dan indonesia, tetapi juga kekhasan bahasa dari kelompok umur, tingkat intelektual, organisasi, kelas sosial, kelas ekonomi dan seterusnya.
Perkembangan ilmu dakwah lebih pada penonjolan pendekatan dakwah bil lisan.
Dakwah masih identik dakwah bil lisan. Itu seperti juga pemasaran, masih banyak yang menganggap pemasaran adalah selling, yaitu merayu orang untuk beli lewat lisan.
Dengan tujuan yang sama, yaitu perubahan perilaku, selling telah berkembang menjadi marketing atau pemasaran. Ide dari perubahan itu, jika penjualan itu dibebankan pada personal selling, sementara apa yang dijual dan aspek-aspek lain tidak mendukung, maka itu membuat kerja personal selling menjadi berat, termasuk dari sisi biaya. Bukan hanya berat, tetapi resiko gagal besar, walau berbiaya besar. Aspek-aspek lain harus ikut serta mendukung, yaitu produk, harga dan lokasi. Jika aspek-aspek lain ikut mendukung terjadinya penjualan, maka kerja selling lebih lancar dan hemat biaya.
Demikian juga dengan dakwah bil lisan. Biaya dan tingkat kegagalannya akan tinggi jika tidak ditunjang oleh faktor-faktor non lisan. Dalam ilmu dakwah, faktor non lisan itu bil hal, dengan perbuatan. Dengan pendekatan pemasaran, dakwah bil hal itu membantu dengan lebih rinci. Produk (kepuasan), biaya (pengorbanan), tempat (keterjangkauan). Dakwah bil hal berarti:
1. perbuatan untuk membangun kepuasan jika orang berbuat baik.
2. tingkat pengorbanan terjangkau atau kecil jika orang berbuat baik
3. waktu dan ruang untuk berbuat baik semakin besar
Sementara itu dakwah bil lisan melengkapi hal itu dengan
1. membuat orang sadar manfaat dari berbuat baik
2. membuat orang sadar biaya tak terperi dari berbuat buruk.
Dengan perpaduan antara dakwah bil hal dan dakwah bil lisan, serta dengan wawasan pemasaran, maka dakwah lebih operasional.