Nusantarakini.com, Jakarta –
“Serapat-rapatnya bangkai dibungkus, pasti baunya tercium juga”. Pepatah asli culture Nusantara sangatlah tepat dengan kenyataan Negara Republik Indonesia sekarang ini. Dimana framming ciptaan media mainstream pendukung Penguasa atas “sukses” semu kinerja yang sejatinya merupakan pengalihan kewaspadaan dan penghancuran tekad persaudaraan Berbangsa Negara Republik Indonesia, demi sukses & lancarnya “kesepakatan” proyek One Belt One Road (OBOR-China).
Hal ini terbukti sejak dipaksakannya membatasi Pelajaran Agama dlm kurikulum pendidikan Nasional sehingga rusaknya culture moralitas asli Nusantara (Budaya Timur-adab kesopanan) yang terkandung dalam pendidikan agama, dihilangkannya Pendidikan Moral Pancasila. Jelas hal ini sangat jauh bertentangan dengan marwah sejati NAWACITA; terlebih jargon “Saya Pancasila Saya Indonesia” nyatanya lebih bangga tidak menggunakan EJAAN BAHASA INDONESIA yang baik dan benar. Contoh media mainstream Indonesia masive siarkan kalimat-kalimat seperti anak zaman now, kerja zaman now, dan sebagainya. Mengapa media mainstream (cetak dan elektronik) tidak mempelopori gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar? Seperti anak zaman sekarang, kerja zaman sekarang. Tragisnya Pemerintah Pusat khususnya Kementrian Pendidikan terutama Kementrian SDM tutup mata membiarkan rusak dan hilangnya Struktur Ejaan Bahasa Indonesia Asli yang baik dan benar.
Oleh sebab itu tidaklah mengagetkan di Singkawang dan Komplek Perumahan/Pabrik investasi China berani terbuka gunakan Bahasa dan Tulisan China meskipun berada di Wilayah Kedaulatan Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan catatan investigasi dan evaluasi analisa dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kenapa study PAUD ke China sedang model pendidikan di China tidak sama dengan Indonesia. Indonesia menggunakan pendekatan Beyon Centra and Circle Time (BCCT) sedang China menggunakan pendekatan Montessory. Sebuah konsep yang berbeda haluan.
2. Sengaja China mempromosikan CITRA baik agar semua orang Indonesia yang datang menyampaikan berita-berita tentang kehebatan, kemajuan, keramah tamahan, dan kata-kata hipnotis serta provokatif dari pemandu wisata yang sudah dilatih untuk mempengaruhi dan menggiring paradikma bahwa Indonesia dan China itu ibarat bunga dan kupu-kupu yang saling membutuhkan.
3. Mempermudah kunjungan ke China, sehingga orang China pun akan mendapat kemudahan keluar masuk di negeri ini yang tujuan utamanya adalah membuat negeri plasma untuk menampung rakyatnya.
4. Menjalin hubungan kerjasama dan memberi bantuan kemanusiaan dalam segala bidang untuk menjerat rasa hutang budi sehingga kebijakan pemerintah menguntungkan pengusaha China.
5. Memberi bantuan dalam pembangunan negeri dan campur tangan dalam ketenaga kerjaan yang pada ujungnya akan mencaplok wilayah NKRI seperti yang telah dilakukannya terhadap Tibet.
6. Campur tangan dalam PEMILU yakni dengan mendukung salah 1 kandidat potensial melaui kucuran dana milyaran yang pada saatnya nanti akan dipanen melalui kebijakan yang memihak kepentingan China.
7. Memasukkan tenaga kerja sebanyak-banyaknya untuk mempengaruhi budaya sehingga kebudayaan China menjadi trend baru yang menggusur kebudayaan nusantara.
8. Tenaga kerja China yang diselundupkan sebenarnya dia adalah tentara terlatih untuk membawa misi mencuri data dan mengatur strategi sehingga pada saat pengambil alihan kekuasaan mereka sebagai petunjuk jalan dan pemandu lapangan.
Tetapi sejalan bergesernya waktu dan berputarnya masa kini satu per satu mulai terbukti bahwa apa yang dikhawatirkan suksesi OBOR China adalah benar.
Dan salah satu strategi terbaik untuk melawan segala siasat licik negeri panda itu dengan memperkokoh persatuan dan kesatuan, meningkatkan pengamalan keagamaan, mempererat persaudaraan, saling mengingatkan bahaya laten komunis. [erc]
*Ir. Agus Chairudin, Pengamat Kebijakan dan Transparansi Anggaran Pemerintah.