Nusantarakini.com, Jakarta – Pada 6 Juni 2016, DPR dan Eksekutif sepakat untuk menurunkan target pertumbuhan ekonomi dari 5,3 % menjadi 5,1v%. Ini terpaksa dilakukan karena defisit anggaran sebagai akibat penerimaan negara dari ekspor, pajak, bea & cukai, dll yang terus turun akibat kebutuhan pinjaman luar negeri yang lebih besar atau penjualan aset negara (saham BUMN). Pada 2015 defisit mencapai 2,53% dari PDB (USD 859 milyar) padahal targetnya hanya 1,9 %. Target defisit 2016, 2.1 % bisa jadi 2,8 %. Jika tidak dikendalikan, Pertumbuhan PDB memang bukan tujuan akhir tetapi sarana untuk mengurangi kemiskinan dan penangguran.
Ada "Hukum Okun’ (Teori Ekonom Arhur Okun): bahwa tiap 4% pertumbuhan ekonomi setahun akan mengurangi 1% jumlah penganggur. Tentu timbul pertanyaan bagaimana hasil reformasi ekonomi yang telah dijalankan sejak awal 2015 oleh pemerintah Jokowi-JK dengan menghasilkan 12 jilid paket kebijakan ekonomi.
Perbandingan Hasil Reformasi Ekonomi
Kita bandingkan hasil reformasi di antara tiga negara terbesar Asia: RRT; India dan Indonesia, sebagai pembanding Filipina dan Vietnam, negara berkembang Asia yang lebih kecil.
1. RRT (China) telah melakukan Transformasi bukan Reformasi, karena sejak 1978 mentransformasi ekonomi dari ekonomi komunis (Ekonomi Komando) ke Ekonomi Pasar Bebas (Free-Market) dengan hasil pertumbuhan ekonomi rata-rata 10% setiap tahun sampai melemah ke 7,3 % mulai 2013. Jadi membandingkan India dengan Indonesia lebih valid karena mulai reformasinya lebih dekat dan sama-sama oleh pemerintah baru.
2. INDIA; reformasi dimulai dari pemerintah PM Narendra Modi yang dilantik 26 Mei 2014 hanya 6 bulan lebih awal dari Presiden Jokowi yang dilantik 20 Oktober 2014. Inilah perbandingannya. Refomasi India antara lain: a) Deregulasi perpajakan; b) Pengurangan atau penghapusan subsidi gas, minyak tanah, bahan pokok (gandum, biji-bijian), pupuk, dsb; c) Mengganti subsidi harga dengan bantuan langsung pada kelompok miskin; d) "One-stop service" perizinan, memotong rantai birokrasi. Membuka investasi asing bagi industri tambang, industri pertahanan, E-Commerce Usaha Retail, dan berbagai Industri; e) Melonggarkan pemilikan asing sampai 50 % (bukan 100 % seperti Indonesia) seperti usaha suransi,retail dsb; f) Mempercepat Pembebasan tanah; g) Mengurangi kontrol pemerintah terhadap swasta.
3. INDONESIA; Pemerintah Jokowi-JK memulai Reformasi dengan "Big Bang’ di awal 2015 lebih liberal terhadap investor asing dari pada India. Reformasi itu antara lain: a) Deregulasi, mempercepat proses berizinan, menurunkan lama perizinan, total dari 1566 hari menjadi 132 hari, Pengurangan prosedur dari 95 prosedur menjadi 45 prosedur; b) 50 sektor dibuka untuk asing seperti Rumah Sakit, E-Commerce, indusri kreatif yang tadinya tertutup; c) Memberi investor asing untuk memiliki 100% di 35 sektor usaha; d) Kelonggaran pajak korporasi dengan tax holiday, pengurangan pajak, pengampunan pajak (Tax Amnesty); e) Mengurangi untuk akhirnya menghapus subsidi.
Perbandingan Dampak Pada Pertumbuhan Ekonomi
1. PDB 2015 dalam USD Milyar;
RRT= 10,983, INDIA = 2,091, INDONESIA= 859
2. Pertumbuhan Ekonomi
RRT 2015= 6,9%, K1 2016= 6,7%, 2016 (target)= 6.9%
INDIA 2015= 7,9%, K1 2016 =7,9% 2016 (target)=7,8%
INDONESIA 2015= 4,7%, K1 2016= 4,9% , 2016 (target)= 5,1%
Catatan: K1 2016=Kuartal 1 (januari s/d maret) 2016
Pertumbuhan Negara Pembanding (Lebih Kecil)
a. PDB dalam USD Milyar: Filipina= 292 dan Vietnam=191,5
b. Pertumbuhan:
Filipina 2015=5,8% K1 2016= 6,9% , 2016 (target) = 6%
Vietnam 2015= 7%, K1 2016= 5,7%, 2016 (target)= 6,2%
Kesimpulan
1. Hasil Reformasi ekonomi Indonesia dibanding negara pembanding paling rendah dalam pertumbuhan ekonomi 2015, kuartal 1. 2016 dan target 2016, DI BAWAH STANDARD ASIA
2. Melihat negara-negara pembanding yang pertumbuhannya tinggi alasan pemerintah pertumbuhan ekonomi Indonesia lemah karena ekonomi dunia melemah, TIDAK VALID. (sed)