Internasional

Perang Iran vs Israel: ‘By Design’ dari Permainan Besar Geopolitik Dunia

Nusantarakini.com, Jakarta –

Serangan Israel ke Iran bukan sekedar aksi militer atau perselisihan antar keduanya, tetapi ini adalah bagian dari permainan besar geopolitik dunia.

Kenapa waktunya sangat kebetulan dengan perundingan Tiongkok dengan Amerika Serikat (AS)? Apakah ini awal dari konflik regional yang akan membesar?

Serangan udara mendadak oleh Israel yang telah menewaskan beberapa petinggi Iran, kemudian dibalas oleh Iran dengan serangan besar-besaran dengan total 800 rudal dan drone.

Saat rudal-rudal Israel menghantam jantung Kota Teheran,
satu panggilan telepon dari Presiden Iran ke Islamabad cukup menggegerkan Dunia Islam.

Sebenarnya apa yang diminta Iran dari “Saudara Tua” Pakistan yang dikenal sebagai sahabat abadi Beijing, tentunya pesan bantuan ke Mister Xi.

Peran misterius Pakistan dan Tiongkok seperti potongan puzzle yang mulai membentuk gambaran besar. Apakah ini akan menjadi pemicu perang nuklir pertama di Timur Tengah?

Pada tanggal 10 Juni 2025, dua negara adi daya, Tiongkok dan Amerika Serikat mengakhiri perundingan di London dan mencapai konsensus atas suatu kerangka perjanjian. Namun masing-masing pihak tidak mengumumkan rincian konsensus yang dicapainya. Artinya belum ada kesepakatan pada hal-hal yang lebih spesifik.

Ini menandakan adanya pertempuran diplomatik yang lebih rumit dari pada tanggal 12 Juni 2025 Israel langsung melancarkan serangan ke Iran yang mereka beri nama Operation Rising Lion.

Pakar Geopolitik Mearsheimer, mengatakan: “Semua konflik besar dunia hari ini berkaitan dengan persaingan negara adi daya. RUSIA sudah loyo saat ini. Tinggal Tiongkok dan Amerika Serikat saling jegal di panggung dunia.

Perang Timur Tengah, Israel vs Iran, adalah by design tipu daya. Beijing diam dalam seribu bahasa, namun tiba-tiba 2 pesawat cargo tiba di Teheran. Dunia gemetar.

Para analis berkomentar tentang perang Dunia ketiga. Sementara AS sibuk pamer otot yang sudah kaku. Namun Tiongkok diam-diam mengatur ulang papan catur global.

Makanya jadi masuk akal kalau Preman Cilik Timteng, Israel, menyerang Iran untuk menciptakan tekanan terhadap Tiongkok. Supaya AS bisa kembali pegang kendali dalam negosiasi. Namun apakah perang ini bisa menyelesaikan krisis AS?

Coba kita lihat faktanya:

  • Harga minyak melonjak 12% dan kemungkinan besar akan naik terus.
  • Harga emas dan perak terbang, cetak rekor baru.
  • Dollar AS sempat jatuh, tiba-tiba naik setelah perang dimulai.
  • Pasar obligasi AS kacau total, para investor bukan lagi khawatir tapi kabur.

Kesimpulannya pasar global gaduh. Sementara Tiongkok tetap tenang, karena paham. Kalau dunia semakin gadih, maka AS akan semakin kehilangan kendali.

Trump ngamuk ke Menteri Energi-nya karena harga minyak naik justru akan menghantam ekonomi AS di saat kritis. Investor asing mulai tinggalkan obligasi AS, pertanda AS telah kehilangan kepercayaan.

Di dalam negeri, parade militer di Washington disambut ribuan demonstran. Ini juga bukan kebetulan, tapi pertarungan dua kekuatan besar Demokrat vs Republik di dalam tubuh AS sendiri.

Sementara itu, hasil negosiasi dagang masih gelap. Trump yang suka membesar-besarkan hanya bisa bilang, “kerangka kesepakatan tanpa teks tertulis-alias gagal belum jadi apa-apa.”

Namun apakah dengan semua tekanan ini, bisa jadi kedua pihak akan segera mencapai titik temu?

Namun satu hal yang pasti: Dunia kini memasuki babak baru dan Beijing sepertinya sudah membaca langkah berikutnya. Waktu dan momentum sedang berpihak pada Sang Naga dari Timur. Mudah-mudahan Indonesia tidak salah pilih teman. Salam Indonesia Maju. [mc]

*Chen Yi Jing, Pemerhati Geopolitik dan Ekonomi. 

Terpopuler

To Top